Mediatani – Harga ayam ras pedaging jenis broiler (BR) pada tingkat peternak di Ciamis yang sepekan lalu masih di kisaran Rp15.500-Rp16.000/kg (realisasi harga hari Jumat, 25/6), dalam tiga hari terakhir ternyata sudah tersungkur ke angka Rp13.000-Rp13.500/kg hidup (live bird).
Bahkan untuk ayam BR ukuran jumbo (up, berat di atas 2kg/ekor) harganya di tingkat peternak lebih parah lagi. Ya, tercatat dibanderol hanya Rp12.500/kg.
Harga ayam BR di tingkat peternak kini semakin jauh dari biaya pokok produksi (BPP/BEP) yakni pada kisaran Rp19.000/kg. Peternak akhirnya ditengarai semakin merugi.
“Itu realisasi harga sejak Selasa (29/6). Di Ciamis dan Tasikmalaya, harga BR di tingkat peternak sudah menyentuh angka Rp13.000/kg. Makin jauh dari BEP. Bahkan ayam yang ukuran up (jumbo) lebih rendah, hanya Rp12.500/kg hidup,” ujar Sekretaris Perkumpulan Peternak Ayam Priangan (P2AP) Ir H Kuswara Suwarman MSc, Kamis (1/7), melansir Jumat (2/7/2021) dari laman tribunnews.com.
Kuswara memprediksi harga ayam di tingkat peternak pun bakal semakin terpuruk bila diberlakukannya PPKM Darurat.
Menyusul diberlakukannya berbagai pembatasan, termasuk pembatasan operasional pasar, restorant, hotel, warung, rumah makan sehingga daya serap pasar makin melemah.
“Sekarang saja sudah begini (harga terus merosot), apalagi nanti,” kata dia.
Sejumlah peternak di Ciamis menurut H Kuswara telah berencana untuk mengosongkan kandang bila harga ayam BR terus menerus tergerus anjlok.
“Kondisi ini tidak hanya dialami oleh peternak ayam BR saja. Ayam pejantan juga turun, sekarang hanya dikisaran Rp19.000-Rp20.000/kg hidup. Sementara BEP pejantan Rp26.000/kg. Harga telur ayam ras juga melemah ke angka Rp20.000/kg di peternak,” jelas H Kuswara yang juga pengelola peternakan ayam Tanjung Mulya Grup Panumbangan Ciamis tersebut.
Jatuh tersungkurnya atau anjloknya harga ayam BR ini tak hanya terjadi di Ciamis dan Tasikmalaya tapi merata di seluruh Jabar.
Sebagaimana di Sukabumi dan Cianjur realisasi harga BR sejak Selasa (28/6) sebesar Rp13.000-Rp14.000/kg; Karawang, Bekasi, Subang, Purwakarta (Rp 13.000-Rp 14.000/kg), Bandung Raya, Sumedang, Garut (Rp 13.000-Rp 13.500/kg), Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan (Rp 13.000-Rp 13.500/kg) sama dengan Ciamis dan Tasikmalaya.
Sementara di Bogor dan Depok sedikit lebih baik yakni Rp14.500-Rp15.500/kg.
Kebijakan effisiensi dan cutting DOC, sebut dia, tidak terlalu banyak berpengaruh jika ayam-ayam integrator besar masih bebas masuk pasar becek (pasar tradisonal) yang selama ini menjadi andalan pasar ayam dari peternakan rakyat.
“Satgas pangan perlu banyak berperan. Perlu ada upaya on-off ayam dari kandang integrator,” ucapnya.
Jatuhnya harga ayam BR hidup pada tingkat peternak rupanya pula berpengaruh terhadap harga daging ayam di pasar eceran. Dalam seminggu ini harga daging ayam BR di Pasar Manis Ciamis turun dari Rp 38.000/kg jadi Rp 36.000/kg.
“Sekarang harga daging ayam (BR) sudah turun jadi Rp 36.000/kg. Tapi biasanya menjelang lebaran haji naik lagi,” ujar Linda, seorang penjualan daging ayam BR di Blok C Pasar Manis Ciamis Kamis (1/7), mengutip dari situs yang sama.
Dengan tingkat ayam BR hidup di kandang peternak Rp14.000/kg menurut H Kuswara harga daging ayam potong (BR) di pasar eceran, normalnya di kisaran Rp25.000-Rp30.000/kg.
Semua pihak sudah menikmati keuntungan yakni bandar, tukang sembelih maupun pengecer. Kecuali peternak yang tidak menikmati untung alias rugi.
Kemendag Persiapkan Aturan Harga Acuan Baru Atasi Fluktuasi Harga Pakan
Sementara itu, belum lama ini, Kementerian Perdagangan (Kemendag) tengah menyiapkan aturan harga acuan baru guna mengatasi permasalahan fluktuasi harga pakan yang sangat berdampak kepada kinerja peternakan.
Hal itu dilakukan agar harga komoditas peternakan seperti ayam, fluktuasinya dapat dikendalikan…baca selengkapnya dengan klik di sini. (*)