Mediatani – Sektor pertanian kembali menjadi salah satu sektor yang akan dikembangkan. Kali ini, Indonesia mengajak Rusia untuk bekerjasama. Sekaligus menjadi kesempatan bagi kedua negara untuk menjalankan transfer teknologi sehingga bisa memberikan keuntungan terhadap kedua belah pihak.
Sekadar informasi, hasil kolaborasi dari kedua negara ini adalah kerja sama peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), riset, teknis, promosi bersama, dan peningkatan investasi.
Merespon hal tersebut, Syahrul Yasin Limpo selaku Menteri Pertanian RI dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com menyampaikan bahwa Indonesia dan Rusia sekarang ini tengah menyusun nota kesepahaman (MoU) bidang pertanian.
“MoU (Memorandum of Understanding) ini tentunya menjadi hal yang sangat penting bagi kedua negara. MoU berperan sebagai payung hukum untuk penyelenggaraan berbagai kegiatan kerja sama sektor pertanian,“ ujar Mentan SYL pada Minggu (23/5/2021).
Mentan SYL juga menambahkan bahwa MoU tersebut juga sekaligus menjadi landasan bagi otoritas pertanian antarkedua negara untuk membentuk kelompok kerja tingkat pejabat teknis.
Pejabat teknis yang dibentuk nantinya akan bertugas untuk menyusun rencana action plan atau rencana aksi implementasi yang bersifat konkret dari berbagai komitmen kerja sama yang disepakati.
Terkait hal ini, Lyudmila Georgievna Vorobieva selaku Duta Besar Rusia untuk Indonesia pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa kerja sama yang dilakukan pada bidang pertanian ini diharapkan akan berjalan baik. Hal ini karena secara ekonomi, Indonesia dan Rusia bisa saling mendukung satu sama lain.
“Seperti yang kita ketahui bahwa kedua negara ini mempunyai perbedaan kondisi alam dan musim, jadi sumber daya alam yang dihasilkan bisa saling melengkapi. Misalnya Rusia yang membutuhkan palm oil dari produk Indonesia. Lalu sebaliknya, negara Indonesia yang membutuhkan gandum dari Rusia,“ terang Lyudmila.
Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (Kementan) yang mencatat ekspor utama dari produk pertanian Indonesia ke Rusia yaitu komoditas kelapa sawit dengan nilai sebesar 467 juta dollar AS, komoditas kelapa dengan nilai sebesar 40 juta dollar AS, komoditas kakao dengan nilai sebesar 39 juta dollar AS, komoditas kopi dengan nilai sebesar 37 juta dollar AS, dan komoditas karet dengan nilai sebesar 32 juta dollar AS.
Sementara itu untuk impor utama Indonesia dari Rusia yaitu meliputi komoditas gandum dengan nilai 16 juta dollar AS, komoditas ketumbar dengan nilai sebesar 16 juta dollar AS, komoditas gula tebu dengan nilai sebesar 2 juta dollar AS, obat hewan dengan nilai sebesar 3 juta dollar AS, dan sayuran olahan dengan nilai sebesar 70 ribu dollar AS.
“Indonesia telah mengalami surplus perdagangan pada sektor pertanian dengan Rusia yaitu sebesar 624 juta dollar AS. Sedangkan total dari nilai perdagangan sektor pertanian Indonesia dan Rusia telah menyentuh angka 677 juta dollar AS,“ ungkap Mentan SYL.
Oleh sebab itu, Menteri Pertanian mengharapkan adanya dukungan dari Duta Besar Rusia agar bisa membantu memfasilitasi percepatan persetujuan akses pasar beberapa komoditas pertanian Indonesia ke pasar Rusia.
“Indonesia dikenal sebagai negara yang sagat kaya akan sumber daya alamnya. Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki potensi yang sangat baik. Sehingga Kami harapkan dari potensi ini bisa bermanfaat bagi Indonesia dan Rusia dalam menjalin kerja sama,“ lengkapnya.
Sementara itu, Lyudmila juga menilai bahwa dalam mendukung sektor pertanian, pemerintah Indonesia sudah sangat baik. Hal ini dibuktikan dari kontribusi besar yang diberikan oleh sektor pertanian bagi petumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya pada masa pandemi Covid-19.