Kembangkan Pertanian Kota, Mahasiswa Unsoed Gagas Konsep Nanofarm

  • Bagikan
Sumber foto: solopos.com

Mediatani – Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu tugas utama mahasiswa yang termuat dalam tridarma perguruan tinggi. Hal inilah yang mendasari beberapa mahasiswa yang berasal dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) untuk mengembangkan suatu konsep pertanian.

Dilansir dari laman okezone.com, para mahasiswa tersebut saat ini sedang melakukan pengembangan terhadap konsep pertanian yaitu “nanofarm” dengan memanfaatkan sebuah kotak.

Kotak tersebut berfungsi sebagai ruang produksi tertutup dan juga teknologi kendali otomatis yang dipercaya mampu memaksimalkan pertumbuhan dari tanaman.

Terkait hal ini, Dr. Ardiansyah selaku Dosen teknik pertanian, Fakultas Pertanian Unsoed ini mengatakan bahwa konsep yang dikembangkan oleh mahasiswanya itu merupakan salah satu model untuk pertanian kota yang dapat diterapkan di lahan sempit.

lebih lanjut dijelaskan, konsep ini berasal dari Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) yang digagas oleh mahasiswa dari program studi teknik pertanian, Fakultas Pertanian Unsoed.

Dalam program ini, Dr. Ardiansyah yang juga sebagai dosen pembimbing program ini menyebutkan bahwa konsep ini digagas oleh tiga mahasiswa didiknya, yaitu Atikah Nur Putranto, Amanatun Nisa Setiowati dan Monica Achir Putri.

“Ini bisa menjadi salah satu upaya untuk mendukung program peningkatan produksi pertanian,” ungkap Dr. Ardiansyah.

Menurutnya, konsep nanofarm yang saat ini tengah dikembangkan itu, mampu diimplementasikan pada ruang yang sangat kecil, termasuk apartemen. Masyarakat kota yang senang berkebun, bisa memanfaatkan nanofarm untuk bisa memproduksi sayur untuk kebutuhan pribadi.

Keunggulan lain dari konsep ini, tambah Dr. Ardiansyah, ialah konsep nanofarm ini memungkinkan para peminat tanaman agar bisa menanam tanaman musiman yang berusia pendek di dalam rumah hingga tidak memerlukan lagi lahan yang luas.

Hadirnya konsep nanofarm ini dipercaya mampu memberikan kemudahan untuk bercocok tanam karena sistem pengendalian terhadap cahaya, kelembapan, suhu dan juga irigasi, telah diatur secara otomatis.

Beberapa faktor yang telah disebutkan di atas, nantinya akan diukur dengan menggunakan sensor. Setelah itu, sensor kemudian akan mengirimkan sinyal agar sistem kendali dengan segera bisa memberi penanganan, seperti menyiram tanaman dan juga menyalakan lampu fotosintesis.

“Pengguna tidak perlu merawat tanaman secara rutin untuk menghasilkan tanaman yang tumbuh optimal,” ungkap Dr. Ardiansyah.

Sementara itu, Atikah Nur Putranto yang berperan sebagai ketua tim dari program nanofarm ini menambahkan bahwa program nanofarm yang dia kembangkan bersama dua rekannya ini diyakini mampu menjadi solusi untuk permasalahan bagi masyarakat yang senang bercocok tanam tetapi tinggal di daerah perkotaan.

“Bahkan, semua sistem telah terkendali otomatis sehingga tidak perlu repot-repot melakukan kegiatan bertanam seperti biasanya,” ungkap Atikah.

Mahasiswa lainnya, yaitu Amanatun Nisa Setiowati juga menambahkan bahwa dirinya pun berharap agar konsep nanofarm yang saat ini sedang dikembangkan tersebut bisa menjadi solusi serta dapat membantu masalah kecil yang sering kali dihadapi oleh masyarakat perkotaan.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version