Mediatani – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluh dan Pengembangan Kapasitas Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) terus membuktikan komitmennya untuk meningkatkan kapasitas insan pertanian.
Kali ini, Kementan mencoba memperkuat kapasitas SDM penyuluh melalui pelatihan integrated farming berbasis Jagung. Saat membuka pelatihan, Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi menyinggung kondisi dunia yang belum stabil akibat beberapa hal.
“Baru saja pandemi menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, kita kini didera oleh perubahan iklim dan dampak ikutan berupa permintaan produk yang melonjak, sementara itu, ketersediaan masih terbatas akibat pandemi,” ungkap Dedi.
Akibatnya, harga-harga bahan pangan mejadi melambung. Kondisi ini kemudian diperparah dengan invasi militer Rusia terhadap Ukraina.
Beruntung inflasi Indonesia tetap dalam kondisi yang terkendali di angka 2,64 persen. Lebih rendah dibandingkan dengan negara Korea Selatan (4,1 persen), Perancis (4,5 persen), Turki (61,14 persen), dan Argentina (52,3 persen).
“Keberhasilan tersebut juga tidak lepas dari koordinasi dan kolaborasi antar semua sektor, dalam usah untuk menjaga kestabilan harga dan ketersediaan barang/jasa. Terutama di sektor pangan, yang merupakan tulang punggung ketahanan negara,” ujar Dedi
Karena itu, sektor pertanian akan selalu menjadi tumpuan dalam upaya pemenuhan berbagai kebutuhan hidup masyarakat global.
Sumber daya alam dan output dari berbagai kegiatan pertanian menjadi penyedia kebutuhan yang umumnya dapat dikelompokkan menjadi 4F, yaitu pangan (food), pakan (feed), bahan bakar (fuel), serta serat dan bahan baku industri lain (fibre). Selain itu, juga ada tuntutan lain berupa kelestarian lingkungan (environment).
Menurutnya, tantangan ini akan senantiasa muncul dan menuntut penerapan berbagai inovasi yang mampu untuk meningkatkan output untuk mengimbangi kebutuhan food, feed, fuel, dan fibre, sekaligus berperan dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Selanjutnya, Dedi mengatakan, dalam agenda penguatan ketahanan pangan, dilakukan dengan strategi peningkatan kapasitas produksi, mengembangkan pertanian yang berbasis kawasan (Food Estate), terutama dengan pemanfaatan lahan tidur atau lahan yang kurang produktif (marginal).
“Termasuk penganekaragaman pangan lokal agar dapat mengurangi ketergantungan masyarakat atas produk-produk impor. Kita semangat untuk kurangi impor, tingkatkan ekspor,” ungkapnya.
Dengan mempertimbangkan semua kondisi tersebut, Dedi menilai bahwa diperlukan suatu inovasi yang bersifat responsif dan adaptif, yang dapat mendukung peran sektor pertanian dalam pemenuhan berbagai kebutuhan, serta mampu berdaya saing juga dapat berkelanjutan.
“Salah satunya adalah dengan berbagai inovasi terkait dengan pertanian terpadu (integrated farming) yang lebih efisien dan menguntungkan, serta bersifat ramah lingkungan,” tutur Dedi.
Untuk itu, maka diperlukan agenda pelatihan dalam rangka mencetak SDM pertanian, terutama penyuluh pertanian yang dapat memahami bentuk penerapan dari integrated farming berbasis tanaman jagung.
“Ini merupakan suatu awal yang baik dalam upaya untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan kesejahteraan bagi para petani,” kata Dedi.
Hal ini sesuai dengan amanat Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL), yang mengatakan bahwa SDM menjadi kunci untuk dapat meningkatkan mutu dan produktivitas pertanian.
“Apabila maju kualitas SDM kita, maka maju pula sektor pertanian kita. Kalau SDM pertanian kita dapat mumpuni, maka pertanian juga maju, mandiri dan modern juga dapat kita capai,” ungkap Mentan SYL.