Kepala Dinas Pertanian Sleman Prihatin Tentang Rencana Impor

  • Bagikan
Sumber foto: youtube.com

Mediatani – Di Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kabupaten Sleman menjadi lumbung beras di wilayah tersebut. Di tahun sebelumnya, Kabupaten Sleman memproduksi beras dan mengalami surplus sekitar enam puluh ribu ton.

Terkait hal tersebut, Heru Saptono selaku Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Perikanan Kabupaten Sleman menyampaikan pendapatnya tentang Kabupaten Sleman yang memang menjadi lumbung beras dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Memang Sleman itu kan lumbung berasnya DIY, jadi kalau dari ketersediaan kita cukup lah,” ujar Heru Saptono saat dihubungi, Rabu (17/03/2021).

Heru juga menyampaikan bahwa per tahunnya Kabupaten Sleman mampu memproduksi beras sekitar dua ratus ribu ton. Dan seperti yang kita ketahui bahwa konsumsi beras oleh masyarakat Sleman yaitu sekitar 140 ribu ton. Di tahun 2020 sebelumnya, produksi beras di Kabupaten Sleman mengalami surplus.

“Di tahun 2020 yang lalu kita mengalami surplus yaitu sekitar enam puluh ribu ton untuk beras,” ucapnya.

Hasil produksi beras di Kabupaten Sleman hingga pada Bulan Maret 2021 ini pun mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Tidak sampai disitu, produksi beras hingga Bulan Maret masih mengalami surplus yaitu sekitar dua ribu ton.

“Itu merupakan hasil panen yaitu sekitar enam ribu hektar. Jadi sampai bulan April nanti tercatat sekitar delapan belas ribu hektar, karena memang luas lahan di Sleman yang LP2B itu kan 18.137 hektar,” ungkapnya.

Melihat produksi hasil panen, maka ketersediaan pangan utamanya beras di Kabupaten Sleman cukup aman. Bahkan masih cukup untuk memenuhi kebutuhan beras di kondisi pandemi Covid-19 ini.

“Jika dilihat dari sisi jumlahnya sudah tercukupi, sebab luas lahan pertanian yang kita miliki masih cukup, lalu aliran irigasinya pun masih cukup, sehingga kebutuhan air pastilah cukup,” tandasnya.

Di tahun 2021 ini, Pemerintah telah rencanakan untuk membuka pintu masuk impor beras. Rencananya pemerintah akan impor beras yaitu sebanyak satu juta ton. Heru Saptono juga mengungkapkan rasa prihatinnya terkait dengan adanya rencana untuk impor beras.

“Kalau menurut saya, ya kami juga pastinya merasa prihatin sebab hal tersebut bertepatan dengan panen raya di bulan Maret,” tutur Heru.

Ke depannya diharapkan Panen raya ini mampu membuat petani bisa menjual hasil berasnya dengan harga yang tinggi. Sehingga penghasilan petani bisa meningkat. Namun kita masih khawatir terkait isu adanya kegiatan impor beras yang pastinya akan mempengaruhi harga beras.

“Jika benar ada kegiatan impor kan artinya harga beras pasti akan sedikit tertanggu, seperti yang kita ketahui bahwa harga gabah untuk hari ini yaitu Rp 3.900, sedangkan idealnya kan berada diantara Rp 4.200 – Rp 4.300 dan harga tersebut sudah membuat petani jadi tenang. Tidak tahu ini apakah karena ada isu impor, atau karena supply dan demand,” ungkap Heru.

Heru Saptono juga menuturkan kalau memang pemerintah harus melakukan impor beras, ke depannya kita harap akan dijadikan persediaan. Karena memang diperlukan adanya cadangan pangan untuk kebutuhan dalam negeri.

“Ya jika itu menjadi kebijakan pemerintah, semoga saja hal itu bisa dijadikan sebagai persediaan saja. Sehingga tidak serta merta nantinya dilempar ke pasar, jika untuk persediaan itu pun mampu ditolerir, tetapi jika kemudian akhirnya dilempar ke pasar ya kami pastinya sangat prihatin,” pungkas Heru.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version