Mediatani – Masa pandemi yang telah melemahkan kondisi perekonomian di berbagai sektor ternyata memicu masyarakat menciptakan inovasi untuk mengembangkan usaha di daerahnya.
Seperti yang dilakukan oleh Koperasi Unit Desa Mitrayasa Pagerageung, yang memanfaatkan tingginya permintaan masyarakat kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, terhadap hasil produksi olahan susu, seperti keju.
Di tengah pandemi Covid-19, mereka mencoba membangkitkan kondisi ekonomi dengan menghasilkan produk keju yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan warga.
Ketua Koperasi Unit Desa Mitrayasa Pagerageung, Fariz Aroemni, mengungkapkan bahwa pihaknya baru mampu memenuhi sekitar 25 persen kebutuhan (keju), sehingga masih ada 75 persen lagi yang belum terpenuhi.
Keju merupakan salah satu makanan hasil olahan susu. Produk ini dibuat dengan memisahkan zat padat dalam susu melalui proses pengentalan atau koagulasi. Proses tersebut membutuhkan bantuan dari bakteri atau enzim tertentu yang bernama rennet. Setelah itu, produk keju bisa melalui proses pengeringan hingga diawetkan dengan berbagai cara.
Fariz menuturkan bahwa saat ini potensi pengembangan peternakan sapi perah di kota Santri Tasikmalaya masih terbuka lebar lantaran minimnya hasil produksi dan tingginya permintaan terhadap hasil produksi peternakan sapi.
“Masih banyak peluang yang bisa kita gali dan kita lakukan, yang pasti peternak sapi, petani rumput, dan tenaga kerja juga jelas ada kegiatan baru,” ujar Fariz.
Menurutnya, keju merupakan salah satu contoh produk olahan susu yang masih punya potensi yang terbuka lebar untuk berkembang di kabupaten Tasikmalaya, di tengah masih kurangnya bahan baku susu yang akan diolah.
“Potensinya tidak hanya satu titik, tapi beberapa titik, mulai dari sapinya, peternak, nanti juga tercipta da peluang baru,” tuturnya.
Ia juga menyebutkan, total produksi keju yang dihasilkannya saat ini masih disuplai dari 50 peternak dengan total produksi susu segar mencapai 1.000 liter. Padahal, kebutuhan pasar bisa mencapai hingga empat kali lipat.
“Karena susunya belum ada, kita bertahap,” ujar dia.
Selain melayani penjualan keju, tambah Fariz, koperasi juga bergerak untuk memasarkan susu segar bagi warga sekitar. Sebanyak 500 liter susu segar tersebut dijual di depot miliki koperasi dan 500 liter sisanya diolah menjadi keju.
Pengembangan UMKM dan Koperasi
Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UMKM Victoria BR Simanungkalit mengungkapkan bahwa saat ini pemerintah tengah gencar menggalakan program pembinaan agar koperasi dan UMKN dari berbagai daerah di Indonesia bisa naik kelas menjadi modern.
“Pendekatannya secara korporasi, kekinian dengan hitungan sangat efisien dan akurat, sehingga koperasi dan UMKM bertumbuh dan berkembang,” ungkapnya.
Oleh karena itu, pemerintah menyarankan para pelaku UMKM dan koperasi untuk tidak hanya fokus menjalankan bisnis semata, namun juga bisa mengubah mindset pelaku usaha untuk melakukan pengembangan.
“Kami juga buka kerja sama dengan perusahaan agar mereka mampu mengolah susu yang disukai pasar,” pungkasnya.
Dengan upaya tersebut, UMKM dan koperasi yang hadir di setiap daerah bakal terus berkembang dengan menghasilkan produk yang dibutuhkan dan disukai pasar, seiring perubahan zaman.
Desa Guranteng Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya sudah dikenal sebagai daerah penghasil susu sapi terbanyak dan terbaik se-Tasikmalaya.
Pengelola kelompok peternak susu yogurt, kecamatan pagerageung, yuyu wahyudin mengatakan bahwa produksi susu di daerahnya bisa mencapai 5.000 liter dalam sehari. Bahkan desa yang terletak di ujung Utara wilayah Kabupaten Tasikmalaya itu pernah dikenal sebagai sentra sapi perah.
Sebagian besar masyarakat di desa tersebut berkebun dan berternak sapi perah. Awalnya, jumlah populasi sapi perah di desa itu mencapai puluhan ribu. Namun, populasi itu semakin berkurang lantaran banyaknya warga yang berhenti berternak sapi.