Mediatani – Salah satu langkah yang diambil masyarakat untuk memulihkan kondisi perekonomian di tengah pandemi Covid-19 yaitu dengan membuat berbagai inovasi usaha. Pasalnya, dampak pandemi telah membuat lapangan pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.
Langkah untuk berinovasi itu tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, namun juga untuk sebagian besar perempuan karena merasa dirinya harus turut andil menjadi tulang punggung keluarga.
Karena alasan itulah Lusia Irawati, salah satu warga Jember di Kecamatan Sumbersari menyalurkan kreatifitas dan inovasinya untuk menciptakan usaha yang dapat memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya.
Dilansir dari IDN Times, Sabtu, (6/3), bersama keluarganya, sosok perempuan yang satu ini menciptakan sebanyak 20 lebih olahan yang menggunakan bahan dasar ikan lele, mulai dari sate lele, steak lele, abon lele, pastel kering isi abon, hingga burger lele.
Awalnya, Lusia yang dibantu suaminya hanya membudidayakan lele dan menjual hasil panennya ke pasar. Namun, karena ketatnya persaingan dagang hingga kecilnya keuntungan akibat mahalnya biaya pakan lele, membuat mereka berinovasi dengan menciptakan berbagai olahan lele dari hasil budidayanya itu.
Lusia mengaku, dibandingkan sewaktu dirinya menjual mentah hasil budidayanya ke pasar, ia bisa mendapat keuntungan empat kali lipat dengan membuat berbagai olahan kuliner ini. Bahkan selama pandemi, olahan lele yang diberi nama Matrix Lele tersebut mendapat omzet penjualan yang cukup stabil.
Keduanya pun saling berbagi tugas, Lusia bagian mengolah ikan lele untuk dibuat menjadi aneka ragam makanan hingga camilan, sementara Anjar bagian memasarkan produknya lewat media sosial.
“Jadi harus bagi tugas, setiap hari upload media sosial, saya bagian yang mengolah ikan lele. Pandemi ini memang hampir semuanya penjualan via online,” ungkapnya.
Berkat inovasinya itu, Lusia mampu menghabiskan 50 kilogram lele hasil budidaya sendiri dalam sebulan. Dari jumlah tersebut, Lusia bisa memperoleh omzet rata rata Rp3 juta per bulan. Sebagian besar, produk olahan lele miliknya itu laris terjual secara online
Produk olahan lelenya itu pun terbilang murah. Berbagai produk olahan lele miliknya itu dijual dengan harga yang hanya berkisar Rp 10-20 ribu. Lokasi penjualan produknya itu dilakukan dari rumahnya yang jauh dari keramaian di Gang Matrix Jalan Letjen Suprapto, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Sumbersari.
“Sekarang ini jualan nggak harus di pinggir jalan, meski rumahnya ada di dalam jauh dari keramaian, tetap harus percaya diri,” jelas Lusia.
Bisnis yang telah ditekuninya sejak 2014 itu juga telah memiliki pelanggan yang sudah merata di pasar domestik hingga luar negeri. Selain itu, produk inovasinya itu telah membuat dirinya kerap diundang menjadi pembicara untuk pelatihan olahan lele di luar daerah.
“Kalau diundang jadi pembicara sudah sering ke sejumlah daerah. Kalau pasar sendiri kayaknya sudah pernah di seluruh Indonesia, sama Amerika,” ujarnya.
Lusia mengaku orang yang membeli produk inovasinya adalah orang yang penasaran dan ingin mencoba merasakan burger lele, stik lele, abon, dan yang paling laris jajanannya.
Lusia menuturkan, dirinya sengaja memilih jenis ikan lele untuk diolah karena ingin mengubah stigma kotor dari ikan tersebut. Lusia sendiri menjamin Lele hasil budidayanya itu higienis karena selalu diberi pakan berkualitas dan kolamnya rutin dibersihkan.
“Karena selama ini ikan lele ada yang menilai jorok. Padahal kandungan gizi dan omeganya tinggi, setara dengan ikan salmon. Jadi sebenarnya ini ikan istimewa,” jelasnya.
Untuk menjaga kualitas olahan lelenya tidak berbau amis, Lusia mengaku punya resep sendiri. Caranya, yaitu dengan mengupas bagian kulit lele dan menyisakan daging dan duri. Walau ia mengaku membutuhkan pengalaman dan proses yang lama untuk melakukannya.
Lusia pun berharap para pembudidaya ikan lele lain juga dapat meniru usahanya, terutama yang skala kecil. Karena dengan mengolah hasil panen lele menjadi beragam produk, pendapatan mereka bisa lebih meningkatkan.