Mahasiswa Fapet UB Sulap Ulat Hongkong Jadi Biskuit, Raih Medali di Ajang Internasional 

  • Bagikan
Para mahasiwa UB peraih medali perak dalam inovasi membuat biskuit dari larva Ulat Hongkong/Via harianbhirawa.co.id/IST

Mediatani – Lagi-lagi, mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya (UB) kembali unjuk gigi di ajang bergengsi. Kali ini, sekelompok mahasiswa kreatif dan penuh inovasi itu menyulap larva ulat Hongkong menjadi biskuit.

Hasilnya, karya mahasiswa Fakultas Peternakan (Fapet) Universitas Brawijaya itu mampu mendapatkan penghargaan medali perak di ajang internasional bertajuk Asean Innovative Science Environmental And Entrepreneur Fair (AISEEF) 2021.

Sebagaimana dilansir dari timesindonesia.co.id, AISEEF diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) pada (18-22/2/2021). AISEEF sendiri merupakan kompetisi internasional tahunan antar universitas se-Asia dalam bidang science, lingkungan dan entrepreneurship.

Dalam kontes itu, ada empat kategori yang dilombakan yakni enterprenuer (business plan, management, marketing), social science, environmental science (interaksi komponen fisik, kimia, dan biologi lingkungan serta hubungan dan efek komponen tersebut dengan organisme pada lingkungan), serta innovation science (inovasi dalam bidang Fisika Terapan, Kimia dan Biologi yang dapat berupa produk aplikasi, alat peraga dan temuan kreatif).

Kegiatan itu terlaksana atas kerjasama dengan Food Technology Departmen–Institut Pertanian Bogor (IPB), Nutrition Department–Universitas Diponegoro (UNDIP), Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS), Indonesia International Institute for Life Sciences (i3L), Yayasan Prestasi Pendidik Indonesia, Himpunan Penggiat Adiwiyata Indonesia Malang Raya, dan AISEEF Organizing Committee.

Mulanya, tim yang dibimbing oleh Dr. Dedes Amertaningtyas, S.Pt.,MP ini ingin memberikan perhatian khusus dalam bidang kesehatan, melalui kreasi inovatif untuk mengatasi kasus stunting.

Tim yang beranggotakan Retno Nur Fadillah, Sularso, Yasri Rahmawati, Hendarto, dan Zuhdan Alaik itu membuat inovasi berupa Biskot. Biskot merupakan biskuit protein ulat hongkong sebagai treatment stunting pada anak.

Tingginya data stunting di dunia dan di Indonesia sendiri membuat mereka terdorong untuk mengembangkan produk-produk inovatif dari peternakan yang dapat membantu menyelesaikan permasalahan bidang Kesehatan.

Sularso menjelaskan bahwa kandungan protein pada larva ulat hongkong cukup tinggi yakni 47,44 persen dengan kadar lemak 21,84 persen. Serta asam amino berupa taurin sebesar 17,53 persen yang sangat dibutuhkan pada masa tumbuh kembang anak.

Taurin ini merupakan jenis asam amino terbanyak kedua dalam ASI yang berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting dalam proses pematangan sel pada otak.

Dalam proses pengolahannya, ulat hongkong ini kemudian dicuci bersih dan dikeringkan kemudian dioven. Lalu, dihaluskan menggunakan blender dan disaring airnya. Selanjutnya dicampur ke dalam adonan dari terigu, gula, dan telur.

“Ulat hongkong atau yang biasa disebut dengan mealworm ini biasanya dibudidayakan hanya untuk dijadikan pakan unggas karena memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Namun sebenarnya ulat ini termasuk dalam ordo coleoptera yang merupakan ordo keempat, artinya paling banyak dikonsumsi manusia,” ungkapnya, mewakili rekannya di UB.

Sebelumnya, mediatani.co juga pernah menjelaskan perihal bagaimana cara melakukan budidaya terhadap ulat hongkong.

Ulat Hongkong atau  mealworm sendiri merupakan ulat yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi berguna bagi pedagang burung.

Selain itu berguna juga bagi Pengembangan  pengujian di Laboratorium  karena  ulat hongkong ini memiliki banyak kandungan protein dan kalori yang dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan nematode entomopatogen di laboratorium.

Proses perkembang-biakan ulat ini menjadi kumbang membutuhkan waktu lama, dan butuh kesabaran untuk diperoleh hasil optimal. Karena itu, banyak juga yang memulai dengan memasukkan ulat hongkong  yang telah berubah menjadi kumbang agar prosesnya lebih cepat.

Pengontrolan pun dilakukan tiap hari, khususnya untuk memeriksa ketersediaan pakan, sekaligus membersihkan sampah bekas makanan atau bekas kulit dari ulat hongkong.

Kamu bisa baca panduan lengkapnya dengan klik di sini. (*)

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version