Masyarakat Pesisir dapat Manfaatkan Potensi Marikultur untuk Tingkatkan Pendapatan

  • Bagikan
Budidaya bawal bintang

Mediatani – Marikultur atau budidaya dengan media air laut disinyalir sangat potensial untuk dapat menciptakan berbagai peluang usaha, baik untuk usaha produksi benih dan induk ikan, usaha pembesaran, usaha pakan, bahkan untuk bisnis transportasi pengiriman hasil budidaya ikan laut.

Sebagai negara tropis kepulauan yang memiliki luas laut 5,8 juta kilometer persegi (km2) atau 75 % dari total luas wilayah, dan suhu yang relatif hangat, Indonesia menjadi negara dengan potensi marikultur yang sangat besar, baik inshore marikultur (marikultur pesisir) maupun offshore marikultur.

Dosen Departemen Budidaya Perikanan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Irzal Effendi mengatakan bahwa potensi marikultur di Indonesia seperti raksasa yang sedang tidur, the sleeping giant yang ketika dapat dimanfaatkan secara optimal dengan pengelolaan yang benar akan memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.

Hal itulah yang juga mendasari Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Lombok untuk mengoptimalkan potensi marikultur di daerahnya.

Beberapa komoditas marikultur sampai saat ini terus dikembangkan BPBL diantaranya tiram mutiara, kerang abalon, bawal bintang, kakap putih, rumput laut kultur jaringan dan lobster serta ikan hias laut seperti ikan nemo, letter six dan capungan banggai.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto menuturkan bahwa selain dapat memberikan tambahan penghasilan bagi masyarakat khususnya yang tinggal di pesisir, pengembangan marikultur di Indonesia juga bisa memberikan dampak positif secara ekologi.

“Karena dengan budidaya tidak terjadi lagi eksploitasi komoditas laut di alam,” tambahnya, Kamis (1/4).

Kepala BPBL Lombok, Mulyanto menerangkan untuk pengembangan budidaya tiram mutiara, BPBL telah membuat hatchery untuk melakukan pemijahan, kultur pakan alami dan pemeliharaan larva. Kapasitas produksinya sebesar 200.000 – 300.000 ekor spat per tahunnya dengan ukuran 0,5 mm.

Sedangkan untuk melakukan pendederan dan pemeliharaan induk mutiara, tambahnya, dilakukan dengan metode longline. Metode tersebut mampu menghasilkan spat ukuran 7–8 cm dengan kapasitas produksi 10.000 ekor per tahun dan calon induk sebanyak 1.000 ekor per tahun.

BPBL Lombok juga mampu mengembangkan komoditas kerang abalon, memproduksi kerang yang memiliki ukuran 2–4 cm dengan kapasitas produksi 20.000 ekor per tahun dan calon induk ukuran 4–6 cm sebanyak 700–1.000 ekor per tahun.

Lebih lanjut Mulyanto menjelaskan bahwa untuk jenis komoditas ikan laut seperti bawal bintang dan kakap putih, BPBL Lombok juga telah memiliki fasilitas hatchery untuk pemijahan dan pemeliharaan induk komoditas tersebut.

Rata-rata benih benih bawal bintang yang diproduksi berukuran 2,5–5 cm dengan kapasitas produksi 800.000 ekor per tahun dan benih kakap putih sebanyak 400.000 ekor per tahun.

BPBL Lombok juga mampu memproduksi calon induk bawal bintang berukuran 500–600 gr per ekor dengan kapasitas produksi sebanyak 1.000 ekor per tahun.

Sementara untuk calon induk kakap putih yang berukuran 500–700 gr per ekor mampu diproduksi dengan kapasitas 300 ekor per tahun. Calon induk tersebut dipelihara dengan metode keramba jaring apung (KJA).

Adapun untuk komoditas rumput laut, BPBL Lombok telah melakukan pengembangan metode kultur jaringan. Dengan metode tersebut, bibit rumput laut yang diproduksi memiliki kapasitas sebanyak 2.500 individu per tahun dengan berat rata-rata per individu 0,2–0,5 gr dan panjang 5–7 cm.

Sedangkan instalasi yang terdapat di Desa Gerupuk, bibit rumput laut dari metode kultur jaringan yang diproduksi memiliki kapasitas yang berkisar 45.000–50.000 kg per tahun.

Dan yang tak kalah pentingnya yaitu terkait pengembangan budidaya lobster. BPBL Lombok juga terus melakukan pengkajian terhadap komoditas tersebut.

Berdasarakan hasil perekayasaan, benih lobster ukuran 0,1 gr per ekor yang dipelihara selama 70 hari hingga 75 hari sampai ukuran 5–8 gr per ekor dapat menunjukkan tingkat kelulushidupan yang mencapai 35–40%. BPBL Lombok saat ini tengah berupaya menaikkan SR pendederan BBL menjadi minimal 50%.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version