Mediatani – Kesadaran masyarakat yang tinggi untuk mengkonsumsi sayuran yang sehat dan bebas pestisida membuat permintaan sayuran hidroponik di Kota Kediri, Jawa Timur (Jatim) semakin meningkat.
Dilansir dari Republika – Imam Zarkasi, salah seorang petani hidroponik, di Kota Kediri mengaku mendapatkan omzet rata-rata Rp5 juta hingga Rp6 juta per bulan. Permintaan yang datang bukan hanya dari Kediri tapi juga Surabaya. Sabtu (21/3).
Imam mengaku menekuni usaha ini sejak awal pandemi Covid-19, sebab usaha bangunan yang dikelolanya semakin menurun sehingga terpaksa mengalihkan usaha.
Sayuran hidroponik ini berdiri di atas lahan seluas 10×15 meter.
Sayuran yang ditanam ada berbagai jenis, seperti sawi pakcoy, bayam merah, kangkung, selada, dan beragam sayuran hijau lainnya.
Imam mengaku bahwa mendirikan usaha ini butuh kefokusan. Apalagi sistem budi daya ini termasuk baru baginya, sehingga Imam benar-benar harus belajar.
Imam mengatakan bahwa awalnya dia hanya coba-coba. Kemudian 3-4 bulan terakhir ini produksi sayurnya mengalami peningkatan. Imam menargetkan omzet yang akan didapatkan kedepan bisa mencapai angka Rp10 juta per bulan.
Ia juga mengaku bahwa pasar sayuran hidroponik tidak terlalu sulit. Selain untuk memenuhi permintaan warga sekitar, kebunnya juga memenuhi permintaan sejumlah pusat perbelanjaan di Kota Kediri hingga Surabaya.
Usia panen tanaman sayuran yang ditanamnya sekitar 30 hari, tergantung jenisnya. Namun, untuk sayuran kangkung hanya membutuhkan waktu 20 hari untuk panen dan hasilnya lebih cepat didapatkan.
“Kangkung ini lebih pendek, sekitar 20 hari panen. Saya fokusnya ke kangkung, pasarnya mudah. Pasti semua orang tahu dan hampir semua restoran ada menu sayur kangkung. Kalau selada, secara ekonomi juga bagus,” Ungkap Imam
Dia juga tidak segan untuk membagikan pengetahuan tentang budi daya tanaman hidroponik tersebut.
Di sisi lain, ia juga sedang mempersiapkan lokasi yang bisa digunakan sebagai tempat pelatihan, sehingga peserta pun bisa langsung mempraktikkan ilmu yang didapatkannya.
Andik Sanjaya, petani hidroponik lainnya mengatakan bahwa permintaan sayuran hidroponik saat ini memang semakin bagus.
Pada lahan miliknya, dia bisa menghasilkan 15 kilogram sayuran dalam setiap kali panen, baik sawi pakcoy, kangkung, bayam merah, bayam brazil, dan beragam sayuran hidroponik lainnya.
Selain menjual hasil panen dari lahan sendiri, sejumlah petani lainnya juga menjual sayuran padanya. Setiap kali mengirim sayuran bisa mencapai hingga 30 kilogram.
“Tanaman hidroponik ini sehat, tidak pakai bahan kimia. Namun, kami juga edukasi, agar ke depan tercipta petani milenial,” Ujar Andik.
Agus Fatoni Tohari, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri mengatakan bahwa pertanian hidroponik di Kota Kediri berkembang dengan cukup baik.
Hingga kini, sudah ada sekitar 30 orang warga Kota Kediri yang melakukan budi daya tanaman dengan sistem hidroponik.
Agus mengaku mulai mendampingi para petani hidroponik dimulai dari sekitar tahun 2018 lalu dan terus berkembang hingga kini.
Para petani juga semakin bersemangat, sebab tanaman yang dihasilkan cukup baik dan dari segi pendapatan bisa lebih menguntungkan dibandingkan sistem pertanian konvensional.
Ia juga mendorong agar warga Kediri mau mencoba sistem budi daya ini. Selain penggunaan lahan yang cukup efisien dan tidak memerlukan tempat yang terlalu luas, sistem ini juga bisa menghasilkan sayuran yang sehat.
Meskipun begitu, ia mengakui masih ada ancaman hama seperti kutu daun yang penanganannya cukup sulit karena bersembunyi di bawah daun.
Namun, untuk mengatasi serangan hama tersebut ia lebih memilih untuk menggunakan pestisida alami yang tentunya ramah lingkungan.