Merugi Saat Harga Daging Ayam Naik, Peternak Mengadu ke Komnas HAM

  • Bagikan
Demontsrasi perwakilan peternak ayam rakyat dari berbagai daerah di Komnas HAM (Sumber: Kumparan).

Mediatani – Kenaikan harga daging ayam dan telur ras ternyata tidak diikuti dengan kesejahteraan peternak. Meski harga sedang naik, peternak rakyat justru sedang dalam kondisi yang memprihatinkan.

Merasa ada dugaan kecurangan di industri peternak, ratusan perwakilan peternak ayam broiler dari berbagai daerah menggelar unjuk rasa di depan Kantor Komnas HAM Jalan Latuharhary Menteng, Jakarta Pusat, hari ini, Senin (13/3/2023) pada pukul 10.00 WIB.

Dalam aksi unjuk rasa itu, peternak menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah. Pasalnya, banyak peternak mengaku sedang dalam kondisi merugi, terlilit hutang, hingga mengalami kebangkrutan.

Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN), Sugeng Wahyudi, mengungkapkan, kenaikan harga daging ayam (karkas) yang hampir mencapai Rp40.000 per kg di pasaran sangat timpang dengan harga ayam hidup (livebird) di tingkat peternak mandiri yang masih rendah.

Hingga Senin (13/3/2023 pukul 14.53 WIB), Badan Pangan Nasional (Bapanas) merilis panel harga pangan yang menunjukkan, harga daging ayam ras naik Rp470 menjadi seharga Rp33.740 per kg dan telur ayam ras naik Rp240 menjadi seharga Rp27.940 per kg.

Padahal, pada 6 Maret 2023 lalu, harga daging ayam ras masih di angka Rp33.190 per kg dan telur ayam ras seharga Rp27.460 per kg.

Untuk hari ini, harga daging ayam ras tertinggi di Maluku mencapai Rp46.750 per kg dan Sulawesi Selatan menjadi yang terendah yaitu Rp25.380 per kg. Sementara harga telur ayam ras tertinggi di Papua Barat yaitu mencapai Rp36.660 per kg dan terendah di Aceh yaitu Rp23.780 per kg.

Dibandingkan tahun 2022 lalu periode sama, harga yang berlaku saat ini masih lebih rendah. Saat itu daging ayam ras pada Maret 2022 seharga Rp35.530 per kg.

Namun, harga telur ayam tahun ini ternyata berada di atas harga Maret 2022 lalu yang seharga Rp24.480 per kg. Harga tersebut adalah rata-rata nasional di tingkat pedagang eceran. Sementara di tingkat peternak, harga ayam ras pedaging hidup mengalami kenaikan Rp480 menjadi Rp20.470 per kg dan telur ayam ras naik Rp320 jadi Rp24.060 per kg.

Sedangkan harga ayam ras pedaging tahun ini lebih rendah dibandingkan Maret 2022 lalu yang bertengger di Rp21.440 per kg hidup.

Kondisi peternak memprihatinkan

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi pada 5 Oktober 2022 lalu sudah mengeluarkan kebijakan terkait kenaikan harga acuan untuk daging ayam dan telur ras.

Aturan tersebut tertuang dalam Peraturan Badan Pangan Nasional No 5/2022 tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras.

Adapun harga acuan yang ditetapkan yaitu harga telur ayam ras di tingkat produsen untuk batas atas seharga Rp24.000 per kg dan batas bawah seharga Rp22.000 per kg. Sedangkan harga penjualan konsumen di harga Rp27.000.

Sementara harga daging ayam ras di tingkat produsen untuk batas atas seharga Rp23.000 per kg live bird (ayam hidup) dan batas bawah seharga Rp21.000 per kg live bird. Sedangkan harga penjualan konsumen seharga Rp36.750 per kg karkas.

Meski hari ini mengalami kenaikan, ternyata harga daging ayam ras di tingkat konsumen masih di bawah harga acuan, sedangkan harga telur lebih mahal Rp940 per kg dibandingkan harga acuan.

Untuk ayam hidup di tingkat produsen atau peternak masih di bawah harga batas bawah, dan telur ayam ras lebih mahal Rp60 dibandingkan harga batas atas sesuai aturan tersebut.

“Peternak mandiri dan peternak rakyat di Indonesia berada pada titik terendah kehidupan dan operasional usahanya. Dalam 5 tahun terakhir, kerugian dan kebangkrutan menjadi bagian keseharian peternak mandiri dan peternak rakyat,” ungkap Ketua Komunitas Peternak Unggas Nasional Alvino Antonio dilansir dari CNBC Indonesia, Senin (13/3/2023).

Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dinilai cenderung memberi peluang yang terbuka bagi perusahaan skala besar untuk menguasai industri perunggasan di Tanah Air dan membuat peternak skala kecil menjadi sulit berkembang.

Menurutnya, beberapa factor yang menjadi penyebabnya adalah tidak adanya data suplai dan permintaan yang valid.

“Sehingga, di pasaran ketersediaan ayam selalu berlebihan (oversupply). Ini kemudian digunakan perusahaan integrator untuk menguasai pasar dari hulu ke hilir yang berdampak secara langsung terhadap operasional dan kehidupan peternak mandiri dan peternak rakyat,” katanya.

Situasi ini, tambah Antonio, telah mengakibatkan harga jual ayam di pasaran selalu turun menjadi di bawah HPP peternak mandiri, di mana input sapronak (sarana produksi peternakan) lebih tinggi daripada harga jual ayam hidup di kandang.

Lebih lanjut Antonio menyebutkan, jika dilihat dari data Sekretariat Bersama asosiasi peternak mandiri, tahun 2023 ini pasokan ayam ras pedaging diprediksi akan mengalami kelebihan sebanyak 18,68% atau menjadi 4,01 juta ton. Padahal kebutuhan nasional diprediksi hanya mencapai 3,5 juta ton.

“Untuk itu, kami meminta Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan dan Badan Pangan Nasional mengeluarkan kebijakan yang mampu meningkatkan nilai produksi dan kemampuan peternak mandiri dan peternak rakyat untuk melanjutkan usaha dan kehidupannya,” katanya.

Ia juga meminta pemerintah untuk mengembangkan data produksi dan konsumsi unggas yang valid dan kredible agar bisa menjadi acuan dalam mengembangkan industri peternakan ayam yang adil, tidak hanya terbuka bagi investor dan pemodal besar.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version