Mediatani – Untuk memperoleh hasil tangkapan ikan yang maksimal, nelayan membutuhkan alat tangkap yang efektif dan efisien. Seiring berkembangnya teknologi, nelayan bahkan sudah dapat memilih berbagai macam alat tangkap yang modern untuk mendapat ikan yang lebih banyak.
Namun, nelayan di kabupaten Malaka tampaknya tidak dapat begitu banyak memilih alat tangkap. Dengan berbagai keterbatasan, mereka hanya bisa menggunakan alat tangkap yang masih tradisional. Seperti salah satu nelayan di Malaka, Fransiscus Seran Fahik (62) yang masih menggunakan alat pancing yang disebut tonda.
Seperti alat pancing, tonda juga merupakan alat tangkap ikan yang menggunakan tali, mata pancing dan umpan. Namun, umpan yang digunakan umumnya adalah umpan buatan yang menggunakan bulu ayam berwarna terang agar menarik perhatian ikan. Selain itu, tonda juga tidak menggunakan jorang.
Dilansir dari NewsDetik, Frans menjelaskan ketika hendak memancing ikan, tonda diletakan di belakang kapal atau di dekat mesin. Ketika sudah berada di lokasi yang ditentukan, tali tonda harus dilepas dan diulur sampai ke dasar laut. Kemudian tonda tersebut dibiarkan selama beberapa jam sampai ikan memakan umpan.
Agar mata pancing lebih menyebar, kapal biasanya bergerak perlahan saat tali tonda dilepaskan. Menyebarnya mata pancing lebih memungkinkan ikan yang didapat lebih banyak. Terlebih saat musim ikan, menurutnya hanya sekitar 2 jam untuk bisa menangkap 500-600 ikan.
” Jadi caranya harus dibuka dulu (gulungan tali), kita buka sampai abis. Terus nanti kita kasih naik jika sudah selesai. Kalau musim tonda itu 500-600 paling lambat dalam 2 jam,” katanya.
Jumlah mata pancing yang digunakan pada satu tonda biasanyanya berbeda-beda, tergantung dari panjangnya tali pancing. Jenis tali yang biasanya nelayan tonda gunakan adalah jenis tali nylon. Menariknya, nelayan biasanya memastikan jika pada satu tonda terdapat 50 mata pancing maka ikan yang didapat juga harus 50 ekor.
“Tergantung jumlah mata pancingnya. Misalnya ada 50 mata pancing, harus dapat 50 ekor sesuai mata pancing. Kalau kita pasang sampai 100 (mata pancing), ikan juga harus dapat 100 ekor,” katanya.
Memancing ikan dengan tonda juga perlu keahlian khusus. Pertama, nelayan harus mengetahui kapan waktu terbaik pergi ke laut untuk memancing. Frans mengatakan bahwa dirinya baru pergi melaut saat angin darat sudah muncul. Namun untuk memancing tonda, ia biasanya melaut pada siang hari agar ikan dapat melihat mata pancing dengan jelas.
“Biasanya kita pasang siang. Tapi kalau malam sudah ada angin darat, sudah bisa masuk,” ungkapnya.
Hal yang kedua adalah mengetahui lokasi mana yang berpotensi ada banyak ikan. Frans mengatakan semakin jauh lokasi untuk mancing tonda makan akan semakin bagus pula jenis ikan yang ditangkap.
“Pokoknya tergantung kita saja mau melaut berapa kilo, pasti ada ikan. Tapi kalau ikan-ikan bagus itu, kita harus masuk lebih dalam. Jadi, ikan yang kelas-kelas harus masuk ke dalam. Kalau di pinggir saja, saingan banyak,” paparnya.
Bukan hanya Frans saja yang memancing dengan tonda. Namun, sebagian besar nelayan di Malaka juga menggunakan tonda karena keterbatasan. Kendala yang selama ini didapatkan Frans dengan menggunakan pancing tonda yaitu terbatasnya jenis ikan yang bisa ditangkap, biasanya hanya ikan kombong (kembung) dan tongkol, sedangkan untuk pancing ikan besar biasanya mata pancingnya akan terputus.
Frans berharap pemerintah dapat memberikan bantuan fasilitas berupa kapal yang lebih besar. Karena para nelayan di Malaka selama ini masih menggunakan kapal-kapal kecil untuk melaut. Hal tersebut membuat para nelayan harus bekerja sama menggunakan 3-4 perahu untuk menangkap ikan yang besar.
“Ini kalau kami namanya nelayan butuh jaring, mata pancing, mesin, dan perahu johnson. Kita butuh perahu lebih besar biar bisa tangkap ikan lebih besar dan banyak,” katanya.
Meski demikian, Frans masih bersyukur karena dirinya saat ini masih bisa mengembangkan usahanya melalui pinjaman KUR Super Mikro dari BRI sebesar Rp 5 juta rupiah. Pinjaman tersebut dapat menjadi modal untuk membeli keperluan alat memancing.
“Baru-baru ini kita dapat pinjaman modal Rp 5 juta dari BRI. Uang itu kita pakai beli pukat, mata pancing, banyak lagi untuk keperluan mancing. Itu masih saya baru pakai Rp 2 juta, nanti yang Rp 3 juta saya buat pakai beli alat lagi nanti,” ungkapnya.
Di ulang tahun yang ke-125 lalu, BRI hadir di perbatasan dengan tema BRILian memudahkan masyarakat melakukan transaksi perbankan, termasuk bagi masyarakat Kecamatan Kobalima, Kabupaten Malaka. BRI juga menyediakan KUR hingga menyalurkan BPUM untuk membantu UMKM daerah tersebut.