Komunitas Petani Milenial di Kabupaten Sorong Berupaya Membangun Pertanian yang Profesional
Di Kabupaten Sorong, kini muncul sebuah komunitas yang menarik perhatian banyak pihak. Komunitas ini dikenal dengan nama Petani Milenial. Awalnya, komunitas ini lahir dari pertemuan sekelompok pemuda yang biasa ngopi dan berdiskusi. Tidak seperti kelompok tani konvensional, komunitas ini tidak bergantung pada bantuan pemerintah. Sebaliknya, mereka membangun diri sendiri karena sadar akan pentingnya peran generasi muda dalam mengembangkan pertanian yang mandiri dan profesional.
Awalnya, hanya lima orang yang terlibat dalam komunitas ini. Namun, seiring waktu, jumlah anggota bertambah hingga sepuluh orang. Kini, komunitas ini sudah memiliki koordinasi rutin di setiap distrik. Hampir seluruh distrik di Kabupaten Sorong telah aktif dalam kegiatan ini.
Hendro Purnomo, ketua Petani Milenial Kabupaten Sorong, menjelaskan bahwa komunitas ini berbeda dari kelompok tani tradisional. Fokus utamanya bukanlah bantuan, melainkan berbagi solusi untuk menghadapi tantangan dalam bidang pertanian. Anggota komunitas ini berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari guru hingga tenaga kesehatan. Banyak dari mereka bukan lulusan pertanian, tetapi percaya bahwa pertanian bisa menjadi masa depan jika dikelola secara profesional.
Salah satu hal yang membuat komunitas ini unik adalah cara mereka mengelola komoditas. Mereka memilih produk yang sesuai dengan tren pasar, seperti cabai, tomat, dan jagung. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga memperhatikan permintaan pasar.
Namun, Hendro menyebutkan bahwa petani muda masih menghadapi berbagai tantangan besar. Salah satunya adalah minimnya akses subsidi pupuk. Selain itu, fluktuasi harga pasar sering kali merugikan para petani. “Bayangkan, sudah berhasil panen tapi malah rugi karena harga anjlok. Ini sangat memprihatinkan,” ujarnya.
Meski begitu, semangat petani milenial tetap tinggi. Mereka rutin berbagi ilmu berdasarkan pengalaman nyata. Terkadang, mereka juga mengundang pemateri untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan anggota. Dengan demikian, komunitas ini tidak hanya menjadi wadah untuk berdiskusi, tetapi juga sebagai tempat belajar dan berkembang.
Hendro berharap pemerintah lebih aktif melibatkan petani muda dalam pembuatan kebijakan pertanian. Menurutnya, petani milenial siap menjadi corong bagi petani lainnya. Mereka ingin membuktikan bahwa bertani bukan hanya pekerjaan yang sulit, tetapi juga bisa menjadi profesi yang keren dan menjanjikan. Dengan inisiatif dan semangat yang dimiliki, harapan besar terletak pada generasi muda yang siap membawa pertanian menuju masa depan yang lebih baik.