Mediatani – Pasca bencana yang terjadi di Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat (Sulbar), berbagai upaya mulai dilakukan secara intensif untuk memulihkan kembali perekonomian warga.
Salah satu pihak yang turut melakukan pemulihan adalah Tim pengabdian masyarakat Fakultas Perikanan dan Kelautan (FKP) Universitas Airlangga. Tim akademisi ini mencoba untuk membangkitkan kembali sektor perikanan yang menjadi penyokong ekonomi warga.
Tim khusus yang dibentuk langsung oleh Dekan FPK Universitas Airlangga Prof. Ir. Moch. Amin Alamsjah ini terdiri dari dua dosen Departemen Kelautan dan satu dosen Departemen Akuakultur.
Dosen tersebut yaitu Eka Saputra, S.Pi., M.Si. dan Wakil Dekan III Dr. Eng. Sapto Andriyono, S.Pi., M.T. Sedangkan dosen Departemen Akuakultur itu adalah Wahyu Isroni. Selain dosen, ada juga dua mahasiswa FPK yang terlibat, yaitu Ade Chandra dan Lalu Aldy Kurnia Aji.
“Tim relawan ini akan mengadakan pelatihan untuk meningkatkan produk olahan perikanan yang dapat mempercepat proses pemulihan ekonomi masyarakat pesisir yang terdampak bencana alam di daerah Mamuju, Sulbar,” kata Dr. Eng Sapto, dilansir dari Sindonews, Senin (8/2/2021).
Tim Pengmas yang dipimpin oleh Eka Saputra ini telah berangkat ke lokasi pada Jumat (5/2/2021). Kedatangannya tersebut untuk melaksanakan tugas bhakti dengan memberikan dua pelatihan kepada para pengungsi.
Eka menyampaikan bahwa pihaknya membawa beberapa perlengkapan medis dan obat-obatan yang berasal dari Fakultas Kedokteran Unair. Selain itu, timnya juga membawa nugget yang menggunakan bahan produk olahan perikanan.
Tim yang berada di lokasi melihat melihat adanya potensi perikanan yang dapat dikembangkan secara cepat dengan didampingi oleh Rumah Sakit Kapal Terapung Ksatria Airlangga .
“Potensi perikanan tersebut nanti dapat dimanfaatkan sebagai wawasan pencegah bencana. Mengingat, perikanan menjadi lebih terkena abrasi laut atau pasang surut air laut,” ungkapnya.
Kegiatan yang digelar untuk meningkatkan konsumsi ikan dan melatih masyarakat untuk mengolah ikan ini merupakan bagian dari trauma healing bagi para warga yang terdampak bencana gempa bumi Mamuju.
Selain memberi pelatihan, Eka menyebutkan bahwa pihaknya juga melakukan peninjauan terhadap potensi-potensi perikanan, khususnya mangrove dan terumbu karang sesuai dengan potensi daerah yang ada.
”Yang paling bisa dalam jangka waktu dekat adalah dalam hal pengelolaan hutan mangrove dan bagaimana memanfaatkan mangrove itu sendiri,” tambahnya.
Eka Saputra menjelaskan bahwa Mamuju memiliki potensi perikanan yang sangat besar. Karena itu, ia berharap masyarakat dapat melakukan berbagai upaya pemanfaatan dan pengolahan.
“Semoga Mamuju segera bangkit dari bencana alam gempa yang terjadi,” pungkasnya.
Dampak pandemi terhadap masyarakat pesisir Sulbar
Sebelum terjadinya bencana alam, merebaknya virus corona atau COVID-19 juga sudah cukup membuat pendapatan nelayan di Majene, Sulawesi Barat menjadi menurun.
Untuk mengatasi hal tersebut, Gubernur Sulawesi Barat Ali Baal Masdar berupaya untuk membantu nelayan dengan memberikan fasilitas yang mampu meningkatkan hasil tangkapan mereka.
Didampingi Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Majene Fadly Syamsuddin, Gubernur menyerahkan bantuan berupa dua unit mesin perahu katinting 13 PK dan 9 PK serta dua buah tali rompong sepanjang 80 meter.
Bantuan tersebut diperuntukkan bagi empat kelompok nelayan di Desa Ba’babulo, Kecamatan Pamboang, Kabupaten Majene.
Selain itu, Gubernur Ali juga mengatakan akan menyiapkan cold storage atau ruangan pendingin untuk menyimpan berbagai macam produk perikanan, terutama hasil tangkapan laut sehingga para nelayan tidak perlu khawatir lagi hasil tangkapannya rusak.
“Ke depan, kita rencanakan kapal-kapal besar dari 30 GT sampai 60 GT biar bisa menjangkau seluruh nusantara dan dikirim ke luar negeri,” ucapnya.