Mediatani – Maraknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menular antar hewan ternak yang berkuku genap atau belah ini kian meresahkan para peternak di Tanah Air, di antaranya peternak yang ada di dua kecamatan di Kabupaten Maros yaitu Marusu dan Moncongloe.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Maros, Abdul Azis mengatakan bahwa pihaknya akan mengambil tindakan pengobatan untuk hewan ternak yang terjangkit PMK dengan menggunakan obat tradisional yaitu jamu.
Azis mengungkapkan, jamu tersebut dibuat sendiri oleh para peternak dengan mencampurkan sejumlah ramuan obat tradisional di antaranya telur, kunyit yang dikenal sebagai bahan antibiotik dan tanaman toga lainnya.
“Peternak membuat sendiri obat tradisional yang diberikan ke ternak mereka. Berupa jamu yang campuran kunyit. Kunyit ini dikenal sebagai bahan antibiotik,” ungkap Azis dilansir dari laman sindonews.com, Kamis (18/8).
Setelah masuk hari kelima pemberian obat tradisional, tambah Azis, hewan ternak yang telah diberi obat tradisional ini mulai menunjukkan perkembangan dan bahkan mulai sembuh.
“Memang terlihat ada kemajuan hewan ternak yang sakit PMK setelah mengkonsumsi ramuan jamu. Imunnya ternak mulai naik setelah inkubasi lima hari. Seperti orang terkena covid, mereka juga butuh isolasi, dan diberikan ramuan obat,” jelasnya.
Setelah pemberian jamu, hewan ternak yang terkena PMK ini mulai menunjukkan kondisi kesehatan yang terus membaik. Perkembangan kesehatan tersebut membuat para peternak sedikit tenang sebab tidak ada lagi hewan ternak yang terpaksa harus dipotong akibat terjangkit PMK.
“Tidak ada lagi hewan ternak yang dipotong paksa. Karena rata-rata hewan ternak yang terjangkit PMK, sudah mendapatkan penanganan yang baik,” tegas Azis.
Dalam proses pemberian jamu, para peternak mengambil inisiatif untuk turun tangan secara langsung. Meskipun demikian, para tim penyuluh kesehatan hewan juga tetap ikut memantau dan memberikan vitamin untuk hewan ternak yang terjangkit wabah PMK.
“Tetap dari tim penyuluh turun memantau hewan yang sakit. Hanya saja peternak memang meminta waktu dua minggu untuk isolasi sendiri ternaknya yang sakit,” tuturnya.
Mantan penyuluh pertanian ini menjelaskan, hewan yang mudah terjangkit wabah PMK ini adalah hewan ternak seperti sapi, kambing dan kerbau. PMK ini ditandai dengan pembentukan lepuh dan erosi di mulut, gusi, lidah, puting, nostril dan di kulit sekitar kuku. Dampak terburuknya adalah kematian hewan ternak.
Sebagai informasi, di Kabupaten Maros hingga saat ini tercatat kurang lebih 81 ekor ternak yang terindikasi terjangkit wabah PMK dengan rincian 1 ekor kerbau dan selebihnya adalah hewan ternak sapi.
Sebanyak 81 hewan ternak yang terjangkit diketahui tersebar di 3 Desa dan 2 Kecamatan yaitu Desa Moncongloe Lappara, Kecamatan Moncongloe sebanyak 17 kasus. Rinciannya sebanyak 23 kasus ada di Desa Abulosibatang dan 41 kasus di Desa Bontomatene Kecamatan Marusu.