Mediatani – Inovasi baru dilakukan oleh Petani di Bumi Serasan Sekate yang memperoleh support dari Pemkab Muba dengan memaksimalkan budidaya porang, tanaman penghasil umbi yang dapat dimakan.
Pengembangan budidaya porang itu pun mendapat penghargaan Inovasi Pertanian Budidaya Porang Musi Banyuasin dalam rangkaian kegiatan Sarasehan Nasional yang bertema “1001 Cerita dari Bumi Sriwijaya untuk Indonesia Menuju Sumsel Mandiri Pangan”.
“Jadi budidaya porang ini salah satu komitmen Kabupaten Muba memaksimalkan serta mendorong Gerakan Sumsel Mandiri Pangan yang diinisiasi bapak Gubernur Herman Deru,” tutur Pj Bupati Muba, Apriyadi, saat menerima penghargaan, di Griya Agung,pada Selasa (12/7/2022).
Sebagai informasi, saat ini tercatat terdapat sekitar 18,6 hektare lahan pertanian porang yang dikelola para petani mandiri di Muba yang tersebar di Kecamatan Babat Toman, Sungai Lilin, dan Babat Supat.
Kandidat Doktor Universitas Sriwijaya ini mengaku, Pemkab Muba akan senantiasa memberikan dukungan kepada para petani di Muba guna memaksimalkan dan mendorong gerakan kemandirian pangan.
“Terima kasih atas penghargaan ini, semoga dapat memotivasi petani-petani di Muba untuk program Kemandirian Pangan,” ucap Apriyadi, dalam siaran pers, Selasa (12/7/2022).
Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel), Herman Deru mengajak para petani dan Pemerintah Kabupaten di Sumsel untuk berkomitmen menggencarkan inovasi pertanian dalam upaya realisasi Gerakan Sumsel Mandiri Pangan.
“Ini menjadi tugas kita bersama, Gerakan Sumsel Mandiri Pangan upaya kita meningkatkan kesejahteraan di Sumatera Selatan,” harap Herman.
Kepala Newsroom Sripo-Tribun, Wenny L. Ramdiastuti mengatakan, penghargaan yang diberikan kepada para petani budidaya Porang di Kabupaten Muba sudah melakukan riset yang selektif.
“Petani budidaya Porang di Muba patut diapresiasi dan menjadi contoh dalam upaya menghidupkan lahan tanam pascapandemi,” ucap Wenny.
Sementara itu, Suntoko, salah satu petani porang asal Desa Srigunung Sungai Lilin Muba mengaku, inspirasi bertanam porang ini muncul setelah mengetahui jika tanaman ini sangat mudah untuk dibudidayakan dan juga menghasilkan.
Dia mengaku, sebelum menanam porang, ia hanya membudidaya cabai dan semangka. Namun, menurutnya, porang tetap saja lebih menguntungkan.
Untuk bibitnya, kata Suntoko, diperolehnya dari Jawa. Untuk 1 kilogram bibit, dibelinya dengan harga Rp270 ribu, dalam bentuk umbi kecil. Dia mengaku, untuk proses tanam dan perawatan sendiri, sangat mudah. Selama dua tahun ini ia hanya fokus untuk membersihkan hama.
“Kalau umbinya sudah dipanen dipotong, dioven lalu dijemur kering kemudian dibuat seperti tepung terigu,” kata Suntoko.
Lebih lanjut, Suntoko mengatakan, dulu saat porang ini tengah populer, kepastian harga untuk basahnya saja sekitar Rp17 ribu untuk awal-awal. Sementara untuk sekarang hanya Rp 5 ribu.
Meski begitu, popularitas tanaman ini kian meningkat, mengingat tanaman ini juga memiliki banyak sekali manfaat. Selain itu, porang memiliki nilai yang strategis dan peluang besar untuk dikembangkan serta diekspor.
“Apalagi tanaman porang ini sempat menjadi sorotan Presiden Jokowi karena bisa menjadi komoditas ekspor baru yang memberikan keuntungan tinggi,” ungkapnya.
Bahkan dia mengatakan, hasil dari tanaman porang miliknya dijual sampai ke Jawa dan diekspor keluar negeri, salah satunya yaitu ke Jepang
Dia juga menuturkan, berkat hasil usaha porang ini, dirinya mampu menghidupi istri dan ketiga anaknya hingga ke bangku kuliah. Dia bahkan bisa mengembangkan usaha lain yakni wahana permainan air di daerahnya.
“Alhamdulillah semua berkat modal sendiri dan saya bisa mengembangkan budidaya porang ini sehingga menghasilkan,” pungkasnya.