Mediatani – Sebagai negara yang memiliki potensi perekonomian di sektor pertanian, Negara Republik Indonesia melalui Kementerian Pertaniannya terus membuat terobosan dan inovasi terbaru. Tidak hanya sebagai penyumbang devisa negara, sektor pertanian juga membuka peluang usaha atau sebagai tenaga kerja bagi masyarakat di Indonesia. Sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap PDB Indonesia tahun 2011 hingga 2014 sebesar 13,41%. Besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi nasional didorong pertumbuhan dan perkembangan dari sub sektor perkebunan.
Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup petani, pembangunan pertanian adalah salah satu cara untuk melakukan perubahan teknologi dan inovasi sesuai dengan potensi agroekosistem wilayah tersebut. Pembangunan pertanian yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi akan berdampak negatif terhadap kelestarian Sumber Daya Alam (SDA) dan lingkungan. Untuk pembangunan pertanian masa yang akandatang diperlukan reorientasi paradigma pembangunan dari segi arah, strategi maupun kebijakan.
Rendahnya produktivitas yang mampu dicapai oleh petani rakyat diduga disebabkan oleh berbagai hal seperti mutu SDM petani yang rendah, kurang berperannya kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh selaku pendamping dalam membina dan memberikan arahan kepada petani, ketidakberdayaan petani dalam menerima dan menerapkan apa yang disarankan oleh penyuluh dengan kondisi sosial ekonomi dan pendidikan petani, sehingga mengakibatkan kegiatan penyuluhan yang dilakukan penyuluh belum mampu memberdayakan petani. Dengan demikian, tujuan dari kegiatan penyuluhan agar petani mampu bertani dengan lebih baik (better farming), dan petani mampu melakukan bisnis usahataninya dengan lebih baik (better business) yang akan mengantarkan kehidupan petani menjadi lebih sejahtera (better living), hal tersebut belum mampu dicapai oleh petani.
Penyuluh pertanian bisa dikatakan sebagai garda terdepan demi meningkatkan kualitas petani dan menentukan keberhasilan pembangunan pertanian. Pemerintah mengambil langkah untuk lebih memberdayakan para penyuluh.
Beberapa petani masih mengeluhkan tentang keberadaan penyuluh saat ini yang masih kurang berperan dalam meningkatkan produktivitas dan juga pengendalian hama penyakit, terutama pada komoditas non padi. Hal ini disebabkan karena kurang intensnya interaksi antara petani dengan penyuluh. Salah satu fungsi dari penyuluh pertanian adalah sebagai perantara dan penghubung informasi untuk petani maupun dari petani. Penyuluh menyampaikan informasi dari balai pengkajian maupun peneliti atau dari pengalaman pribadi kepada petani. Lalu, penyuluh juga yang akan menyampaikan aspirasi petani tentang keadaan di lapangan. Karena penyuluh langsung terjun ke masyarakat dan petani sehingga akan lebih mengetahui kondisi dan kendala yang terjadi di lapangan.
Menjadi penyuluh yang baik tentu memiliki kriteria tersendiri. Beberapa kriteria yang diperlukan agar kegiatan penyuluhan antara penyuluh dengan petani bisa maksimal adalah:
- Mampu memfasilitasi dan memotivasi proses berpikir petani;
- Bisa menjadi mitra akrab petani;
- Selalu bersama petani;
- Tidak menonjolkan diri;
- Menghargai petani;
- Tidak menggurui petani;
- Mampu berdialog sejajar dengan petani (komunikasi dialogis) bukan komunikasi searah sebagai bawahan-atasan (komunikasi monologis); dan
- Selalu kerjasama dengan petani.
Berdasarkan uraian tersebut, untuk dapat meningkatkan peran penyuluh dalam masyarakat petani pedesaan, penyuluh pertanian menerapkan karakter – karakter penyuluh yang dibutuhkan masyarakat. Hal ini bertujuan agar masyarakat tidak merasa digurui oleh penyuluh. Sehingga tercipta kegiatan penyuluhan yang baik dan berjalan sesuai rencana.
Sumber daya penyuluh pertanian memang masih dinilai terbatas dan perlu waktu untuk mencukupinya di seluruh wilayah Indonesia. Untuk mengatasi hal ini pemerintah telah mengoptimalkan penggunaan cyber extension untuk transfer informasi pertanian. Penyuluh swadaya dan swasta juga akan dioptimalkan