MediaTani – Sebagai pecinta bunga, khususnya kalangan ibu-ibu rumah tangga tentunya harus mengetahui bagaimana cara merawat serta karasteristik bunga yang ditanam, apalagi jika tanaman yang dirawat adalah bunga Edelweis.
Edelweis adalah bunga yang pasti sudah tak asing lagi bagi para penggiat alam bebas mendaki gunung, karena bunga abadi ini saat ini hanya mampu tumbuh dan besar di ketinggian gunung dan memerlukan sinar matahari penuh.
Bunga cantik ini memang akrab dengan para pendaki dan mengilhami banyak orang melalui keindahan dan keabadian yang ditampilkannya. Tak heran kalau bunga ini disebut sebagai bunga abadi, karena mekar dalam waktu yang cukup lama.
Terdapat berbagai jenis bunga edelweis yang tumbuh di dataran tinggi di berbagai negara termasuk di Indonesia. Yang sering ditemukan di gunung-gunung Indonesia adalah spesies Anaphalis javanica. Klasifikasi ilmiah: Kerajaan: Plantae. Ordo: Asterales. Famili: Asteraceae. Genus: Anaphalis. Spesies: Anaphalis javanica.
Bunga edelweis asli atau yang sering disebut dengan Everlasting Flower sebenarnya adalah bunga Leontopodium yang hanya ada di pegunungan alpen, bukan bunga Edelweis Jawa atau Anaphalis javanica. Tapi apa daya sudah terlanjur, karena bunga ini yang sebenarnya bunga adalah serbuk kuning yang dalam waktu 1 – 3 hari setelah mekar akan rontok dan menyisakan kelopak bunganya saja.
Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian 8 m dan dapat memiliki batang sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 m. Tumbuhan ini sekarang dikategorikan sebagai langka.
Jika tumbuhan ini cabang-cabangnya dibiarkan tumbuh cukup kokoh, edelweis dapat menjadi tempat bersarang bagi burung tiung batu licik Myophonus glaucinus. Bagian-bagian edelweis sering dipetik dan dibawa turun dari gunung untuk alasan-alasan estetis dan spiritual, atau sekedar kenang-kenangan oleh para pendaki.
Pada bulan Februari hingga Oktober 1988, terdapat 636 batang yang tercatat telah diambil dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yang merupakan salah satu tempat perlindungan terakhir tumbuhan ini. Dalam batas tertentu dan sepanjang hanya potongan-potongan kecil yang dipetik, tekanan ini dapat ditoleransi. Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tumbuhan ini dinyatakan punah.
Sayangnya keserakahan serta harapan-harapan yang salah telah mengorbankan banyak populasi, terutama populasi yang terletak di jalan-jalan setapak. Mengingat bahwa bunga edelweis telah menjadi bunga yang langka dan dilindungi, razia juga salah satu resiko yang harus ditanggung. Namun, para pecinta bunga tidak usah kecewa karena kabar gembiranya saat ini sudah banyak para petani yang sudah membudidayakannya.
Salah satu contohnya bunga Edelweis Jawa ( Anaphalis Javanica ). Para petani ini membudidayakannya dengan cara menanam anakan yang tumbuh dari biji dan tersebar di sekitar pohon induknya serta ditanam di daerah dataran tinggi lebih dari 1000 mdpl, pada tanah liat berkapur atau berpasir dengan pH ( keasaman tanah ) antara 4 – 7.
(Nuril)