Mediatani – Semakin tingginya minat masyarakat untuk menjalani gaya hidup sehat, yang salah satunya caranya dengan mengonsumsi menu sayur-sayuran, membuat jamur tiram juga sering menjadi pilihan untuk dijadikan bahan pangan andalan.
Selain memiliki kandungan gizi yang baik, Jamur tiram juga bisa diolah menjadi berbagai produk kuliner atau hidangan yang lezat. Keunggulan jamur tiram tersebut membuat prospek bisnis komoditas ini amat menggiurkan dan peluangnya pun masih sangat terbuka lebar.
Hal tersebut dibuktikan oleh Dede Latif (32), petani milenial asal Kampung Wangunreja, Kabupaten Sukabumi. Berawal dari rasa penasaran, Dede kini sukses menikmati cuan yang dihasilkan dari budidaya jamur tiram yang dilakukan di halaman sekitar rumahnya. Dari bisnis jamur tiram ini, Dede bisa meraup untung ratusan ribu rupiah per sehari.
Selama menjalankan usaha budidaya jamur tiram, Dede mengaku sama sekali tidak pernah dibantu dengan program pemerintah. Dengan menggunakan modal pribadi, saat ini Dede sudah mampu mempekerjakan belasan karyawan dan telah bertahan selama hampir 10 tahun.
“Awalnya dari coba-coba karena penasaran soal budi daya jamur tiram, modal awal itu Rp 500 ribu. Hanya beberapa baglog atau media yang digunakan untuk tempat tumbuhnya jamur. Alhamdulillah terus berkembang sampai sekarang punya 20 ribu baglog,” ungkap Dede, dilansir dari detikcom, Rabu (2/6/2021).
Budidaya jamur tiram yang dijalani Dede secara perlahan mulai berkembang pesat. Keuntungan bisnis yang diperolehnya dari bisnis jamur tiram ini pun bisa digunakannya untuk membiayai kuliahnya. Bahkan, Dede sudah mampu membeli sebuah rumah dan kendaraan roda empat.
Namun, karena daya tahan jamur tiram produksinya itu sangat terbatas, Dede belum mampu menjangkau pasar luar negeri dan hanya bisa dipasarkannya ke pasar tradisional.
Budidaya jamur tiram yang dijalankannya juga tidak selalu berjalan dengan lancar. Dede mengaku pernah mengalami kerugian sampai Rp 30 juta karena kesalahan teknis dan adanya serangan hama.
“Sering mengalami kegagalan, pernah rugi sampai Rp 30 juta, kurang lebih 15 ribu baglog. Tapi saya enggak berhenti, gagal bangun lagi belajar dari kesalahan. Alhamdulillah secara materi tercukupi, sudah punya rumah, punya kendaraan, biaya kuliah,” sebut Pria yang telah memiliki satu anak tersebut.
Berkat ketekunannya menjalankan usaha, rata-rata penghasilan yang diperoleh Dede bisa mencapai Rp 300 ribu hingga Rp 500 ribu per hari. Jika harganya bagus ketika panen, Dede bahkan bisa meraup cuan sebesar Rp 1 juta dalam sehari.
“Kalau jamur relatif naik turun, rata-rata Rp 300 ribu-Rp 500 ribu, ketika serdang naik bisa sampai Rp 1 juta dalam sehari. Faktor harga dipengaruhi keluar panennya, harga sih kebanyakan standar ya. Masih pasar lokal, sehari kalau panen raya bisa 30 kilogram sampai 60 kilogram,” terangnya.
Budidaya jamur tiram tersebut dilakukannya di lahan di sekitar rumahnya yang memiliki luas sekitar 130 meter persegi. Dia juga melibatkan warga di sekitar rumahnya untuk sama-sama menjalankan budidaya jamur tiram.
“Saya juga membantu petani-petani milenial lainnya untuk budidaya jamur tiram. Kami support media tanamnya. Saya sendiri sepanjang 10 tahun tidak ada bantuan pemerintah, semuanya mandiri. Pernah pinjam ke bank hanya sekali, sekarang sudah selesai dan enggak mau pinjam lagi lebih baik pakai modal sendiri,” jelas Dede.
Jamur tiram memang merupakan komoditas yang memiliki prospek yang baik, selain pasarnya luas juga dapat dikembangkan menjadi beraneka ragam produk. Selain itu, budidaya jamur juga merupakan salah satu agribisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, terbukti bahwa semua limbah yang dihasilkan mampu didaur ulang dan dimanfaatkan kembali.
Jika berjalan lancar, budidaya jamur ini sangat bermanfaat karena bisa memenuhi permintaan konsumen setiap saat. Selain memberi keuntungan ekonomi, jamur yang dibudidayakan juga dapat menghemat pengeluaran untuk konsumsi sayuran dengan gratis karena tersedia di pekarangan sendiri.