Mediatani – Penguatan perekonomian di pondok pesantren dapat dilakukan dengan pengembangan usaha kecil menengah (UKM), salah satunya dengan memanfaatkan koperasi yang ada di lingkup pesantren.
Seperti halnya yang dilakukan Pondok Pesantren (Ponpes) Darussyifa Al-Fithroh di Sukabumi yang telah membangun banyak unit usaha melalui wadah koperasi pondok pesantren. Salah satu unit usaha yang dikembangkan adalah Darussyifa Mart.
Darussyifa Mart ini memiliki tujuh gerai usaha yakni industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) La Vida dan AQmida, peternakan ayam petelur dan ayam potong, sapi, kambing, kerbau, kuda, hidroponik, aquaponik dan perikanan.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Teten Masduki meyakini bahwa pondok pesantren ini mampu menjadi pemimpin ekonomi rakyat melalui koperasi yang dikelolanya. Sehingga, harus terus diperkuat dan bisa dijadikan sebagai prototype pesantren modern.
Dalam kunjungan kerja tersebut, Teten juga meresmikan Gedung Graha Koperasi Darussyifa Yaspida di Pondok Pesantren Salafiyah Terpadu Darussyifa Al-Fithroh (Perguruan Islam Yaspida) di Kadudampit, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (19/10).
Teten menjelaskan, usaha yang dikembangkan oleh Ponpes Darussyifa Yaspida ini sekaligus menjalankan fungsi pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dimana memiliki fungsi dan peran sebagai lembaga pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan.
“Unit usaha yang dimiliki dapat menjadi laboratorium usaha dan pembelajaran yang sangat baik bagi santri. Sebagai nilai tambah yaitu melakukan pengembangan usaha dalam sektor agribisnis dan peternakan,” tutur Teten dikutip dari laman republika.co.id.
Program korporatisasi sektor pangan ini dilakukan melalui penguatan kelembagaan ekonomi petani dan nelayan melalui koperasi. Terlihat pada pilot project yang sedang dikembangkan seperti komoditas kacang koro di Koperasi Paramasera di Sumedang.
Lahan petani seluas 100 hektare yang dimanfaatkan untuk penanaman kacang koro ini juga diproyeksikan sebagai substitusi kacang kedelai yang selama ini masih diimpor. Para perajin tahu tempe dan gabungan koperasi tahu tempe Indonesia menyambut hal ini dengan positif.
Teten menambahkan, pesantren memiliki potensi yang sangat besar untuk mendukung perekonomian Negara dengan berbagai jenis usaha yang dimilikinya.
Ia berharap, sekiranya dapat terjalin kerja sama antara Koperasi Darussyifa dengan Koperasi Paramasera guna mengkonsolidasikan lahan yang ada agar masuk ke dalam skala ekonomi.
Ia melanjutkan, koperasi berperan sebagai agregator, konsolidator, sekaligus offtaker dari produk-produk usaha mikro dan kecil. Karena itu, UMKM sebaiknya tidak bisa dibiarkan menjalankan usaha secara sendiri-sendiri, tapi perlu bergabung dalam wadah koperasi sehingga dapat mencapai skala ekonomi yang lebih baik.
“Kami bertugas untuk membangun ekosistem koperasi agar bisa berkembang. Dan nantinya bisa menembus akses pembiayaan, pengembangan usaha dan pasar,” ujar Teten.
Dalam kesempatan sama, pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Terpadu Darussyifa Al-Fithroh KH E Supriatna Mubarok mengatakan, pihaknya akan merangkul berbagai koperasi pondok pesantren (Koppontren ) yang ada di Sukabumi.
Hal tersebut bertujuan untuk menjadikannya hanya satu wadah koperasi saja, sehingga koperasi tersebut menjadi lebih besar dan kuat lagi.
Ia berharap pondok pesantren mampu berkontribusi pada negeri. Selain di bidang kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) juga pengembangan dan pemberdayaan ekonomi umat melalui Koppontren dengan memiliki banyak unit usaha yang potensial.
Sementara Staf Ahli Bupati Sukabumi Bidang Kemasyarakatan dan SDM Ajat Sudrajat mengatakan, wilayahnya memiliki potensi alam yang bisa dikembangkan dan dioptimalkan kemanfaatannya.
“Dengan pengembangan sektor agribisnis dan pariwisata melalui koperasi, diharapkan terciptanya percepatan dalam pembangunan ekonomi Sukabumi,” ujarnya.