Mediatani – Warga Kabupaten Belu masih tetap serius mengembangkan ternak sapi sebagai salah satu sektor unggulan Kabupaten Belu. Sektor ini pun dinilai dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.
Hal ini pun dibuktikan dengan populasi ternak sapi yang terus meningkat setiap tahunnya.
Berdasarkan data Dinas Peteternakan Kabupaten Belu tahun 2018, mengutip Selasa (30/3/2021) dari situs kupang.tribunnews.com bahwa populasi sapi di sana sebanyak 69.621 ekor, tahun 2019 naik menjadi 71.731 ekor dan Tahun 2020 keadaan Maret sebanyak 72.182 ekor.
Kadis Peternakan Kabupaten Belu Drs. Nikolaus Umbu Birri pun melaporkan data populasi sapi kepada Gubernur NTT, Victor Bungtilu Laiskodat saat kunjungan kerja ke Kabupaten Belu, Kamis 25 Maret 2021.
Menurut Niko Birri, populasi sapi hasil kawin alam masih mendonimasi di Kabupaten Belu. Di tahun 2020 tercatat 20.000 ekor hasil kawin alam.
Sedangkan hasil dari inseminasi buatan (IB) tahun 2020 yang berhasil sebanyak 115 ekor dengan jenis IB Bali murni dan Cross diantaranya, simental, limousin dan brangus. Untuk tahun 2021 sudah dilaksanakan IB sebanyak 717 ekor.
Pemerintah NTT pun terus mendorong petani untuk tetap serius mengembangkan usaha ternak sapi dan sesuai arahan gubernur NTT.
Dan ke depannya petani perlu mengembangkan sapi unggul jenis Wagyu yang harganya lebih tinggi dari sapi lokal yang ada saat ini.
Dalam mengembangkan ternak sapi, lanjut Niko Birri, pemerintah selalu mengingatkan para peternak untuk memperhatikan ketersedian pakannya.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Peternakan Provinsi NTT, Yohana E. Lisapaly mengatakan bahwa populasi sapi di Kabupaten Belu memberikan kontribusi positif bagi peningkat populasi ternak sapi di NTT.
Menurut Lisapaly, sesuai dengan RPJMD di tahun 2023 ditargetkan ternak sapi mencapai 1,3 juta ekor. Saat ini berjumlah 1,1 juta dan masih terdapat 200 ribu yang harus dikembangkan di tahun 2021, 2022, dan 2023.
Maka dari itu dibutuhkan kerja keras dalam mencapai target itu dan kerja serius baik pemerintah maupun peternak. Pemerintah Provinsi NTT terus memberikan supportnya kepada peternak agar usaha ternak sapi terus dikembangkan.
Menurut Lisapaly, Gubernur NTT telah merencanakan agar kedepannya di NTT perlu mengembangkan sapi unggul jenis Wagyu yang harganya cukup tinggi mencapai 100 hingga 200 juta.
Target IB pada sapi Wagyu pun harus berhasil minimal 50 ekor tahun 2021. Untuk tahun 2022, hasil IB ini akan dikawinkan dengan induk Wagyu asli untuk mendapatkan anak murni wagyu.
Sebelumnya Gubernur Nusa Tenggara Timur berencana akan membangun pabrik pakan ternak tahun 2021 ini. Dia mengemukakan alasan, bahwa dalam setahun, menurut Viktor, para peternak di NTT bisa menghabiskan lebih kurang satu triliun untuk membeli pakan dari Pulau Jawa.
“Satu tahun, NTT beli pakan ternak, baik babi maupun ayam, itu totalnya mencapai Rp 1 triliun. Sehingga kita akan buat pabrik sendiri,” ujar Viktor di Kecamatan Insana, Kabupaten TTU, Selasa (23/3/2021), melansir Kamis (25/3/2021) dari situs kompas.com.
“Sekian lama kita bawa uang kita yang banyak ini ke Pulau Jawa, yang mana pulau itu sudah kaya dan makmur, kita yang miskin ini malah sumbang setiap tahun Rp 1 triliun hanya untuk pakan ternak,” sambung dia.
Lahan 5.000 hektar
Usai itu, Viktor meminta agar Pemerintah Kabupaten TTU untuk segera menyiapkan lahan seluas 5.000 hektare untuk menanam jagung. Menurut dia, satu hektare lahan jagung jenis hibrida ditengarai bisa menghasilkan 8,2 ton.
“Bahan baku terbesar untuk pakan ternak adalah jagung, sehingga kita mendorong terus para petani untuk memproduksi sebanyak mungkin jagung,” kata Viktor.
Dalam mewujudkan hal ini, Viktor kemudian mengajak warga dan instansi terkait untuk bekerja keras. Bagi Viktor, pabrik tersebut akan memberi dampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat, khususnya petani dan peternak.
“Karena ini bukan cuma tanam jagung saja, tapi berdampak luas bagi pembangunan pertanian dan peternakan di NTT,” ujar dia. Baca selengkapnya di sini. (*)