Mediatani – Meski dilanda pandemi Covid-19, emiten atau perusahaan pakan ternak PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) telah mencatat laba bersih sebesar Rp 2,28 triliun hingga kuartal III-2020 sebagaimana dilansir, Jumat, (15/1/2021), dari situs berita Kontan.co.id yang terbit, Senin, 11 Januari 2021.
Jika dibanding dengan periode yang sama di 2019, jumlah itu tercatat menurun 10,94% dari Rp 2,56 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Hal ini bisa dikatakan karena dampak dari adanya wabah pandemi Covid-19.
Selain itu diketahui dalam laporan keuangannya pada periode bulan Januari hingga September 2020, CPIN juga memperoleh penjualan sebesar Rp 43,28 triliun yang mana penjualan itu, ternyata terdapat penurunan 1,38% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 43,89 triliun.
Berdasarkan pada rincian penjualannya, kontribusi penjualan pakan masih menjadi kontributor utama dengan nilai mencapai Rp 20,02 triliun. Lalu diikuti dengan penjualan ayam pedaging yang senilai Rp 13,18 triliun atau meningkat 4,35% dari sebelumnya Rp 12,63 triliun serta penjualan ayam usia sehari yang sebanyak Rp 4,63 triliun atau sekitar 9,39% lebih rendah dari Rp 5,11 triliun.
Tim Investor Relation Perseroan pun menuturkan pada tahun 2021 ini, Charoen Pokphand Indonesia masih fokus pada optimalisasi bisnis perusahaannya. Di antaranya, yang meliputi bisnis pakan ternak, DOC, ayam pedaging, dan daging ayam olahan. Maka dari itu, rencana bisnis di tahun ini diklaim belum ada sesuatu hal yang baru.
“Tidak ada yang baru, kami hanya melanjutkan strategi yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (11/1/2021), dikutip, Jumat, (15/1/2021).
Meski begitu pihak CPIN pula belum bisa menginformasikan tentang berapa target pertumbuhan dan penjualan yang bakal dicapai pada tahun ini. Namun secara pasti, CPIN sendiri selalu optimistis produk-produk utamanya itu sangat berpotensi dan berkontribusi pada pertumbuhan di tahun ini, yang mana dipaparkan sebelumnya yakni, produk pakan ternak, DOC, ayam pedaging dan makanan olahan.
“Kami belum bisa share target penjualan di tahun 2021,” katanya.
Sementara, untuk jumlah berapa besar anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) di tahun ini, pihaknya pun belum bisa menginformasikan; berapa alokasinya. Walau, jika melihat pada tahun 2020, CPIN mampu menyiapkan belanja modal atau capex sebesar Rp 1,5 triliun.
“Kami belum bisa share angka belanja modal atau capex untuk tahun 2021,” pungkasnya.
Tim Investor Relation-nya juga menngutarakan sampai pada saat ini, perusahaan dengan kode saham CPIN tersebut masih belum memiliki planning dan rencana untuk melakukan akuisisi pada perusahaan.
“Belum ada rencana mengakuisisi perusahaan sampai saat ini,” tutupnya.
Di samping itu, sebagaimana diberitakan Mediatani sebelumnya, sektor perunggasan sendiri masih dalam posisi yang prospektif. Seorang Analis Pasar Modal yang juga Kepala Riset Praus Kapital, Alfred Nainggolan membenarkan hal itu.
Kata Alfred, bisnis sektor perunggasan masih dalam prospek dan selanjutnya diproyeksikan masih tinggi. Alasannya, seiring dengan permintaan daging ayam pada sektor ini yang juga masih tinggi.
Meski masih dalam Pandemi Covid-19, dia melanjutkan, tidak menyurutkan permintaan atas konsumsi daging ayam, telur, maupun produk olahannya lainnya.
Bahkan harga ayam broiler di tahun ini dalam proyeksinya bakal mengalami kenaikan.
Apalagi, ditambahkannya, seiring dengan adanya pemulihan ekonomi 2021 yang dari sisi pendapatan masih tetap akan bertumbuh.
“Jadi ketika mereka bisa mendapatkan momentum itu dan mereka akan ekspansi di sektor yang masih cukup prospek ini, maka akan menjadi hal yang cukup bagus untuk mengeneralisasi pertumbuhannya ke depan,” jelas Alfred dikutip dari situs berita Antaranews.com, Kamis, (14/1/2021). (*)