Perjalanan Unik Safira Nur Aini, Lulusan Magister Termuda di UGM
Safira Nur Aini, seorang perempuan muda asal desa di kaki Gunung Sumbing, Desa Ngaditirto, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, kini menjadi sorotan publik. Ia berhasil menyelesaikan program Magister Agronomi di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan usia yang jauh lebih muda dari rata-rata lulusan magister. Usianya hanya 22 tahun 7 bulan 18 hari saat lulus, jauh di bawah rata-rata lulusan magister yang biasanya mencapai usia 28 tahun 6 bulan 15 hari.
Pencapaian ini membuatnya dinobatkan sebagai lulusan termuda dalam wisuda yang digelar di Grha Sabha Pramana pada Rabu (23/7/2025). Kehidupannya yang penuh semangat dan dedikasi menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama generasi muda yang ingin meraih kesuksesan melalui pendidikan.
Terinspirasi oleh Kehidupan di Desa
Semangat Safira tumbuh dari lingkungan agraris tempat ia tinggal. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan tanaman, tanah, dan siklus alam. Hampir seluruh penduduk di desanya hidup dari bertani, dan Safira sering melihat tantangan yang mereka hadapi. Kedekatan dengan alam dan aktivitas pertanian menjadi dasar ketertarikannya untuk menekuni bidang ini secara akademik.
“Sejak kecil saya sudah akrab dengan tanaman, tanah, dan siklus alam. Hampir seluruh penduduk di tempat saya hidup dari bertani, dan saya melihat langsung tantangan yang mereka hadapi,” kata Safira.
Rahasia Kesuksesan yang Tak Instan
Meski tampak sukses secara instan, Safira mengungkapkan bahwa pencapaiannya tidak datang begitu saja. Ia sudah menempuh pendidikan lebih dini sejak kecil. Ia masuk SD pada usia 5,5 tahun. Hal ini membuatnya selalu lebih muda dari teman-teman seangkatan hingga SMA.
Pada 2020, ia diterima di Program S-1 Agronomi UGM. Tiga tahun kemudian, ia mendapat tawaran mengikuti program fast track ke jenjang magister. Awalnya, Safira hanya ingin menyelesaikan tantangan pertanian di daerah. Namun, dengan dukungan keluarga, ia berani mengambil keputusan besar untuk melanjutkan ke Magister Agronomi.
“Prodi ini tepat karena mengajarkan teknik budidaya, teknologi, hingga inovasi yang jadi jawaban nyata atas masalah petani,” tambahnya.
Selain aktif secara akademik, Safira juga bekerja paruh waktu di Akademik Fakultas Pertanian UGM. Bekerja sambil kuliah memberinya wawasan baru, terutama tentang dunia dosen. Hal ini menjadi inspirasi karier bagi Safira ke depan.
Penelitian Ramah Lingkungan
Tesis yang ia angkat pun sejalan dengan kepedulian lingkungan. Topiknya adalah Potensi Tanaman untuk Bioherbisida pada Aktivitas Pertanian. Penelitian ini dibimbing oleh Dr Dyah Weny Respatie dan Prof Dr Ir Aziz Purwantoro, M Sc.
Safira prihatin terhadap penggunaan herbisida kimia yang berdampak buruk bagi lingkungan. Ia ingin menemukan solusi dari alam yang lebih ramah bagi petani dan bumi.
“Saya ingin menemukan solusi dari alam yang lebih ramah bagi petani dan bumi,” tambahnya.
Sebagai perempuan muda di bidang pertanian, Safira merasa bangga dan optimis. Ia percaya bahwa ilmu pertanian bukan hanya tentang hasil besar dengan modal kecil, tapi tentang keberlanjutan. Memahami alam adalah kunci menuju pertanian yang berkelanjutan.
Ia berharap ilmu yang dimilikinya dapat membantu petani di daerah. Bahkan, ia ingin lebih banyak perempuan terlibat aktif dalam pendidikan tinggi dan berperan strategis dalam ketahanan pangan.
Pesan untuk Generasi Muda
Di akhir perjalanannya, Safira memberikan pesan inspiratif bagi generasi muda. “Pendidikan adalah bagian dari bela negara. Mari berani bergerak untuk Indonesia yang lebih maju,” tegasnya.
Dengan semangat dan dedikasinya, Safira Nur Aini bukan hanya mencetak rekor sebagai lulusan magister termuda di UGM. Ia juga membawa harapan baru bagi masa depan pertanian Indonesia. Perjalanannya menjadi contoh bahwa usaha dan tekad bisa mengubah segalanya, terlepas dari latar belakang atau usia.