Sawah di Bojonegoro yang Sempat Terkena Banjir Tetap Dipanen dengan Normal

  • Bagikan
Pemantauan tanaman padi di Bojonegor

Mediatani – Area persawahan di Desa Kedungprimpen, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro yang sempat dikhawatirkan rusak karena terkena banjir akibat jebolnya tanggul Kali Ingas, anak Sungai Bengawan Solo, ternyata kini bisa tetap dipanen dengan normal.

Hal ini diketahui setelah petani di wilayah tersebut tetap melakukan panen padi, meski beberapa waktu lalu, ratusan hektar lahan pertanian milik warga di Kecamatan Kanor dan Kecamatan Baureno itu terendam banjir.

Keberhasilan panen tersebut tidak lepas dari upaya Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, yang menidaklanjuti kondisi tersebut dengan bergerak cepat untuk melakukan pemantauan.

Selain itu, Kementan juga berkoordinasi dengan petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) setempat dan Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit (LPHP) wilayah kerja Bojonegoro serta beberapa langkah kongret lainnya agar petani tetap memanen padinya.

Suko Wahyu Widarto, yang melakukan pemantauan dan pendampingan POPT Kecamatan Kanor, menjelaskan bahwa pertanaman padi di Desa Kedungprimpen yang sempat terendam banjir, tidak ada yang mengalami puso.

“Alhamdulillah banjir cepat surut dan pertanaman padi tetap bisa dipanen dengan hasil normal seperti biasanya”, ungkap Suko, Selasa (15/2/2022).

Sementara itu, Koordinator POPT Kabupaten Bojonegoro Lilik Suharto juga menyebutkan, ada 14 desa di Kecamatan Baureno selain Desa Kedungprimpen yang juga terkena air limpahan tanggul Kali Ingas. Banjir tersebut merendam ratusan hektar pertanaman.

“Perkembangan tanaman padi sampai saat ini belum menunjukkan keadaan puso dan selanjutnya akan tetap kami pantau dan laporkan,” ungkapnya.

Kepala LPHP Bojonegoro, Achmad Fadlori juga menyampaikan hal yang senada. Ia mengungkapkan, banjir yang terjadi di Kecamatan Baureno, sebagian besar sudah surut setelah sehari merendam pertanaman. Banjir itu merendam tanaman yang berumur sekitar 50 hingga 80 Hari Setelah Tanam (HST).

“Alhamdulillah dampak banjirnya tidak merusak pertanaman padi. Sekarang tanaman telah pulih dan siap panen,” cetusnya.

Pada kesempatan yang berbeda, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, M. Takdir Mulyadi menyampaikan bahwa Kementan siap hadir membantu petani yang terdampak banjir. Ada berbagai bantuan dan program yang disiapkan untuk petani yang terkena dampak banjir.

“Kami telah menyiapkan bantuan benih bagi petani terdampak banjir dan siap mendampingi proses klaim Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) bagi petani yang terdaftar asuransi,” ucap Takdir.

Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan mengatakan, sesuai instruksi Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Kementan telah menyiapkan langkah-langkah strategis untuk antisipasi dan mitigasi dampak La Nina.

Berbagai langkah yang dimaksud, yakni mapping daerah rawan banjir, early warning system dengan rutin memantau informasi dari BMKG, mengaktifkan Brigade La Nina, pompanisasi in-out dari sawah, normalisasi saluran irigasi tersier/kuarter, menggunakan benih toleran genangan dan menggunakan AUTP/bantuan benih padi puso.

“Langkah selanjutnya yaitu mengkompensasi luas tanam di daerah lain atau tidak terkena La Nina, antisipasi panen raya saat hujan dengan alsin panen dan pasca panen yaitu dryer dan RMU (pengering dan penggilingan padi,- red),” sebut Suwandi.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version