Mediatani – Kepastian pasar merupakan salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh petani dalam memasarkan hasil pertaniannya. Kepastian pasar, kepastian modal serta manajemen pertanian dianggap belum modern.
Hal itu juga dihadapi oleh Hary Permana, seorang mantan karyawan perusahaan yang mencoba peruntungannya di sektor pertanian pada awal tahun 2020. Saat menjalani usahanya, Harry juga menemukan beberapa masalah pemasaran hasil pertanian dan kemudian mempelajarinya.
Dilansir dari laman merdeka.com, Harry yang bekerja sama dengan Sarah Apriliani kemudian menemukan solusi untuk masalah tersebut. Harry lalu mencoba menampung seluruh hasil tani, lalu kemudian menjualnya.
Hasil kolaborasi antara Harry dan Sarah itu kemudian menciptakan sebuah platform sebagai wadah agar para petani bisa mengirimkan hasil pertaniannya untuk dijual. Platform tersebut diberi nama “Sayur Online”.
Awalnya, Harry dan Sarah bermitra terhadap para petani untuk melakukan pelatihan, pembiayaan dan melakukan manajemen bersama. Selain itu, mereka juga berharap dengan hadirnya sayur online ini, para petani menjadi senang sebab mereka akan menanam produk hasil pertaniannya yang sesuai dengan kondisi pasar.
Salah satu petani sayur paprika yang ada di Bandung, Sutardi mengaku sangat merasakan dampak dari pandemi ini. Pasalnya, di masa itu terjadi penurunan yang signifikan dari penjualan hasil pertaniannya.
Lebih lanjut, Sutardi menjelaskan bahwa hasil pertanian yang dihasilkan biasanya dibeli oleh restoran hingga hotel-hotel.
Namun, selama masa pandemi Covid-19 berlangsung, ia sama sekali tidak bisa melakukan penjualan. Setelah hadirnya “Sayur Online”, penjualan Sutardi kini sudah bisa menjadi lebih stabil.
“Dua tahun kurang lebih ya. Menjadi penolong lah. Karena kita bisa menjual ke mereka. Harganya lebih baik lah yah, lebih baik. Karena mereka juga langsung menjual ke konsumen,” ungkap Sutardi.
Sarah, sebagai pemilik usaha “sayur online” ini menjelaskan bahwa salah satu cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh para petani ini yaitu dengan menyuplai sayur di toko sayur onlinenya. Para petani biasanya datang dari Jawa Barat atau bahkan dari Jawa Timur untuk membawa sayurnya.
Sarah menjelaskan, dalam konsep bisnis yang diterapkannya itu, para petani yang telah bermitra mengirimkan hasil taninya ke gudang atau yang disebut DC (Distribusi Centre). Di dalamnya ada proses packing, sortir, kemudian kebersihan juga taru di sini. Setelah di sini, mendistribusinya ke beberapa konsumen.
Kedepannya, Harry hendak melakukan scale up pada usaha sayur onlinenya tersebut, mulai dari sisi pertanian, teknologi-teknologi pemrosesan, hingga pada ke hilirnya atau di beberapa toko outlet tersebut.
Hary juga tidak lupa untuk mengajak para kaum muda milenial untuk berkecimpung dan mau mencintai dunia pertanian ini. Hal ini karena sektor pertanian dinilai bukan hanya punya progres usaha yang sangat bagus, tetapi juga merupakan sektor yang tidak kalah keren.