Seafood di Pesisir Utara Jatim Terkontaminasi Mikroplastik

  • Bagikan
Habitat ikan mola yang dipenuhi sampah plastik

Mediatani – Peneliti dari Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah atau Ecological Observation & Wetlands Conservation (Ecoton Foundation) menemukan kandungan mikroplastik pada biota laut yang berada di wilayah pesisir Jawa Timur, Surabaya, Gresik, Lamongan dan Tuban.

Selain ditemukan pada biota laut (ikan, udang dan kerang),  mikroplastik juga ditemukan pada garam yang ada di pesisir Surabaya, Gresik dan Lamongan. Mikroplastik yang ditemukan dalam ekosistem perairan dan biota tersebut, disebabkan karena banyaknya sampah plastik yang masuk kedalam perairan.

Peneliti mikroplastik dari Ecoton, Eka Chlara Budiarti menjelaskan, hal tersebut disebakan karena menumpuknya sampah plastik yang kerap terlihat di sepanjang aliran Sungai Bengawan Solo. Pada musim hujan, pesisir utara Gresik tercemar oleh sampah-sampah yang terbawa ke muara.

“Jika tak segera dikendalikan, plastik tersebut akan terdegradasi menjadi mikroplastik dan mencemari ikan, kerang dan udang, mengancam keamanan pangan laut (seafood) yang dihasilkan Gresik,” kata Chlara saat dilansir dari Republika, Rabu (6/1).

Chlara mengatakan, ada tiga bahan berbahaya dalam mikroplastik yang dapat menyebabkan masalah reproduksi, yaitu penurunan kualitas sperma manusia dan menapouse dini. Maka dari itu, ia menyarankan masyarakat agar sementara mengurangi konsumsi pangan laut karena terkontaminasi mikroplastik.

Menurutnya, berdasarkan temuan Ecoton, adanya mikroplastik akan mengontaminasi pangan laut dan mengancam kesehatan yang mengonsumsinya. Apalagi, sekitar 52 persen sampah yang ada di lautan berjenis plastik.

Sampah plastik tersebut antara lain, sampah popok bayi 21 persen, tas kresek 16 persen, bungkus plastik lima persen, botol plastik satu persen, dan plastik lainya seperti styrofoam, tali, senar mencapai sembilan persen.

“Plastik-plastik ini bisa menjadi santapan bagi biota-biota laut yang menganggap plastik sebagai makanannya,” jelasnya.

Penelitian yang dilakukan Trash Control Community (TCC) Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada Juli hingga Agustus lalu mengungkapkan, distribusi mikroplastik yang terdapat pada ikan dan udang di Bengawan Solo.

Pada pengamatan yang dilakukan sepanjang Bengawan Solo dari Sembayat, Legowo, Tajungsari, Sidayu dan Ujungpangkah, terdapat delapan jenis ikan dan dua jenis udang. Semua contoh ikan dan udang yang diamati tersebut terkontaminasi mikroplastik.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan, kandungan mikroplastik tertinggi yang terdapat pada ikan wader dan ikan karang laut mencapai 30 hingga 52 partikel per individu.

Sedangkan yang terkandung pada udang windu dan udang jerbung sebanyak 13 hingga 16 partikel/individu lebih besar dibandingkan ikan gabus, bambangan, kerapu, bilis dan ikan payus. Semua ikan tersebut merupakan pangan laut yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat.

Mikroplastik

Mikroplastik adalah plastik berukuran kecil yang ukurannya di bawah lima milimeter (mm) hingga satu mm. Plastik kecil ini berasal dari uraian plastik ukuran besar seperti tas kresek, sedotan, tali rafia, senar jaring, botol plastik , dan bahan pembungkus makanan serta minuman yang menjadi serpihan.

“Sumber lainnya berasal dari butiran-butiran mikro (mikrobeads) yang terdapat pada pasta gigi, shampo, sabun lulur dan kosmetik,” katanya.

Chlara mengungkapkan bahwa dalam proses pembuatannya, mikroplastik menggunakan tiga bahan yang berbahaya. Bahan tersebut yaitu Bisphenol A (BPA) dalam bungkus makanan berfungsi agar plastik keras.

Kemudian Alkylphenols yang biasa digunakan dalam berbagai produk penghilang lemak (degreasers), pengemulsi (emulsifiers), kosmetik, dan berbagai produk perawatan tubuh lainnya. Lalu bahan Phthalates, yaitu senyawa adiktif yang membuat plastik menjadi fleksibel.

Menurutnya, BPA dapat mempengaruhi tingkat kesuburan , dimana akan membuat disfungsi seksual di antara laki-laki yang mengalami pajanan di tempat kerja. Selanjutnya, Alkylphenols diketahui dapat mengakibatkan jumlah sperma menjadi rendah dan menghambat perkembangan prostat.

Penelitian dari bahan Alkylphenols juga menunjukkan pajanan okupasi yang dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara pada perempuan maupun laki-laki. Sementara bahan Phthalates, kata Chlara, dapat menurunkan tingkat testosteron dan estrogen yang mengakibatkan gangguan kehamilan hingga keguguran.

“Menyebabkan anemia, toksemia, preeklampsia, menopause dini,” jelasnya.

Ecoton selama ini terus mendorong Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik untuk lebih serius dalam mengendalikan jumlah polusi sampah di wilayah pesisir dan laut. Setidaknya dengan mengontrol sampah dari sungai yang membawa mikroplastik berkumpul di muara sungai.

“Yang berada di perairan Gresik,” ucap Chlara.

Sementara itu, Manager Kampanye Ecoton, Tonis Afrianto juga mendorong pemerintah di setiap kabupaten atau kota yang dilalui Sungai Bengawan Solo untuk melarang penggunaan plastik sekali pakai.

Upaya tersebut dilakukan karena pasalnya, jumlah plastik sekali pakai seperti tas kresek, sachet, styrofoam, sedotan, popok, semakin meningkat dan tidak bisa didaur ulang. Terlebih, kurangnya tempat sampah sementara di tiap desa yang membuat masyarakat membuangnya ke sungai.

“Agar sampah plastik tidak lagi membunuh biota laut dan mengganggu kesehatan manusia,” kata dia menambahkan.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version