Walaupun lahannya luas banget, baru separuhnya yang dipakai. Sekarang ada enam greenhouse, masing-masing bisa menampung sekitar 350 sampai 400 tanaman. Biar panennya terus-terusan, Bambang pakai sistem tanam bergilir.
“Dua minggu lalu, kita baru selesai panen di greenhouse pertama. Sambutan masyarakat luar biasa! Bahkan, nggak nyangka banget, dalam sehari langsung ludes terjual. Awal September 2025, rencananya kita panen di greenhouse kedua,” jelasnya.
Pria berkacamata ini nggak cuma fokus produksi. Dia juga pengen berbagi ilmu dan membuka pintu bagi siapa aja yang kepengen belajar budidaya melon hidroponik.
“Harapannya, ini bisa jadi penyemangat buat teman-teman lain agar ikut peduli sama pertanian. Kita terbuka kok, siapa pun boleh datang belajar atau sekadar lihat-lihat,” tambahnya.
Filosofi di balik nama dan logo Gro Farm juga keren abis! “Logonya itu rumput. Rumput itu walaupun diinjak-injak, tetap bisa tumbuh. Artinya, walaupun kita diragukan atau diremehkan, kita harus tetap semangat membuktikan apa yang kita kerjakan,” paparnya dengan nada bersemangat.
Untuk saat ini, Bambang masih mikir-mikir soal buka kebun melonnya untuk wisata. Dia pengen lihat dulu gimana antusiasme masyarakat.
“Kita lihat perkembangannya dulu. Soalnya, buka tempat wisata itu butuh pertimbangan matang, jadi kita nggak mau buru-buru. Santai aja dulu,” jelasnya.
Dalam kesehariannya, Bambang dibantu oleh menantunya. Dari Gro Farm ini, semangat pertanian hidroponik nggak cuma tumbuh dalam wujud tanaman melon, tapi juga jadi inspirasi bagi generasi penerus petani di masa depan.