Mediatani – Perusahaan rintisan (startup) pertanian pintar (smart farming) Beleaf mengumumkan perolehan pendanaan untuk tahap pertama (seed funding) sebesar US$ 2 juta atau setara Rp 30 miliar.
Pemberian dana itu dipimpin oleh firma modal ventura Alpha Ventures, dengan partisipasi dari MDI-Finch Capital’s Arise, dan beberapa investor terkenal lainnya.
Dengan pendanaan baru ini, Beleaf akan lebih fokus untuk meningkatkan teknologi dan sumber dayanya, seperti membuka lebih banyak riset dan komunitas di Jawa Barat. Beleaf juga akan mempromosikan “seikat” brand baru, yang akan ditujukan ke pasar massal lini bisnisnya.
“Kami berupaya meningkatkan produktivitas, kualitas, dan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia. Impian kami adalah mengurangi ketergantungan Indonesia pada buah dan sayuran impor dan membawa produk Indonesia ke standar global,” ungkap Founder dan CEO Beleaf, Amrit Lakhiani dalam keterangan resminya, Senin (18/10/2022).
Menurut Eko Kurniadi, Partner di Alpha JWC Ventures, dalam tiga tahun terakhir ini Beleaf telah membuktikan kekuatan dan konsistennya. Mereka dalam posisi yang baik untuk melakukan perluasan jejak teknologi melalui produk Beleaf OS, dan menjadi pemain utama dalam ruang lingkup pertanian alternatif di Indonesia.
Startup ini dibentuk pada tahun 2019 oleh Amrit Lakhiani. Perusahaan ini merupakan perusahaan smart farming yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan produktivitas petani di seluruh Indonesia.
Perjalanan usaha ini diawali dengan memproduksi penjualan sayur dan buah hidroponik premium, mulai dari sayuran hijau hingga buah melon. Dari pengalaman berkebun tersebut, tahun ini perusahaan telah mengembangkan produknya ke sistem manajemen pertanian berbasis teknologi.
Beleaf menggunakan bid data dan sistem Internet of Thing (IoT) yang dapat membuat automasi akurat serta layanan manajemen lainnya. Saat ini, Beleaf fokus pada tiga fitur utama, seperti kontrol, otomatisasi, dan manajemen sistem.
Melalui platform ini, pertani dapat melakukan pemantauan proses pembibitan, nutrisi, suhu, posisi penanaman tumbuhan, kelembaban, aliran udara, irigasi, hingga pengemasan. Semua data yang dikumpulkan akan menjadi feedback bagi machine learning untuk penelitian dan pengembangan solusi masa depan untuk Beleaf dan kebun itu sendiri.
“Sistem ini kami sebut Beleaf Operating System (OS), sebuah platform yang berfungsi menghubungkan perangkat IoT, pengumpulan data, pemantauan, logistic, penjadwalan, serta prediksi. Tujuan utama dari OS ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi sebuah perkebunan,” ujar Amrit.
Kedepannya, Beleaf akan memberikan tawaran layanan end to end farming as a service yang lengkap, dimulai dari operasi, distribusi, dan off taking yang menghubungkan petani, distributor, dan retailer dalam satu ekosistem yang terintegrasi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), besar pasar buah dan sayuran di Indonesia untuk saat ini mencapai US$ 33 miliar, dengan peluang tumbuh menjadi US$ 56 miliar pada tahun 2026.
Di sisi lain, biaya pertanian diprediksi akan terus mengalami peningkatan akibat meningkatkan biaya input, adopsi teknologi yang buruk, logistik yang tidak efisien, dan tenaga kerja pertanian.
Bagi Beleaf, tantangan ini harus diatasi dengan cara meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian, mengurangi biaya infrastruktur, dan mengurangi biaya usaha pertanian dalam mencapai harga kompetitif untuk buah dan sayuran lokal.
Saat ini Beleaf bekerja sama dengan 14 perkebunan di Jawa Barat dengan luas lahan sekitar 80 hektar dan produksi lebih dari 70 ton produk segar per bulannya. Merek sayuran dan buah-buahan Beleaf juga telah masuk ke 15 supermarket dengan 110 gerai, 8 platform e-commerce, dan 11 gerai restoran.