Mediatani.co — Harga beras di Kabupaten Kudus rata-rata mengalami kenaikan sekitar Rp 500 per kilogram. Sedangkan beberapa kebutuhan pokok lainnya masih stabil.
Keterangan yang diberikan oleh Masfuah (52) distributor beras di wilayah Kudus, penyebab mulai naiknya harga beras disebabkan karena stok gabah yang mulai menipis di kalangan petani. Ia menjelaskan, bahkan untuk beberapa daerah seperti di Demak, Pati maupun Grobongan stok gabah pada petani telah habis.
“Jadi kalau mau cari gabah untuk digilin bisa sampai ke Ngawi, Jawa Timur, Sukoharjo, Klaten,” katanya.
Menurut Masfuah, kenaikan harga gabah akan terus terjadi lantaran saat ini baru memasuki musim tanam pertama. Menurutnya, untuk memenuhi bahan baku gabah, semua pihak harus menunggu lagi sampai pada musim panen pertama.
“Ini kan gabah sudah mulai menipis, di Kudus, Pati, Demak gabah sudah habis. Sampai nanti memasuki panen kemungkinan. Lha ini kan masih awal masa tanam pertama,” tangkasnya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan di Pasar Baru Wergu, Selasa (5/12) melaporkaharga beras SS yang biasa rata-rata ditawarkan naik dari Rp 9.000 per kg kini menjadi Rp 9.500/kg. Untuk beras wangi yang semula berada di angka Rp 10.000 per kg kini menjadi Rp 11.200 per kg.
Menurut Kusmiyatun (59) seorang penjual beras di Pasar Baru Wergu, walaupun terjadi kenaikan harga, akan tetapi belum terjadi penurunan penjualan atau konsumen yang beralih ke beras yang lebih murah.
“Masih tetep ajeg. Sehari kisaran 5 kwintal yang terjual meski sudah mulai naik,” kata Kusmiyatun.
Pedagang lainnya, Bandi (53) mengatakan kemampuan daya jual relatif masih tinggi. Perhari ia katakan, rata-rata dia bisa menjual beras hingga 1 ton. Menurutnya, kenaikan harga beras saat ini belum mempengaruhi daya beli dari konsumen.
“Konsumen masih membeli beras sesuai dengan yang biasa dibeli sebelumnya. Tidak beralih ke beras yang lebih murah,” kata dia. (*)