Mediatani – Pada tahun 2020 yang lalu, Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mampu tumbuh positif. Namun, meskipun pertumbuhan ekonomi dalam negeri mengalami penurunan sebanyak 2,19 persen. Sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 2,59 persen secara year of year (YoY) pada kuartal IV 2020 yang pada sebelumnya, hanya sebesar 2,16 persen (YoY). Persen tersebut lebih rinci adalah pada tanaman hortikultura sebesar 7,85 persen dan pangan sebesar 10,47 persen yang keduanya merupakan subsektor pendukung utama.
Merespon hal tersebut, Arif Satria selaku Rektor IPB University, mengungkapkan harapannya terhadap sektor pertanian yang terus menunjukkan pertumbuhan positif agar terus berlanjut hingga di tahun ini. Dia juga berharap bahwa sektor pertanian ini dinilai mampu untuk menjadi penopang perekonomian dalam negeri.
“Saya berharap kondisi sseperti ini masih berlanjut di tahun 2021 ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa sektor teknis lainnya anjlok sehingga sektor pertanian ini mampu menjadi penyelamat bagi resesi ekonomi,” ujar Arif dalam keterangannya, Minggu (28/2).
Meski memperlihatkan hal yang positif, sektor pertanian harus menghadapi sejumlah tantangan di tengah pandemi saat ini. Menurut Arif, justru momentum saat ini seharusnya kita bisa memperkuat kedaulatan pangan. Tidak hanya itu, pada kebijakan ekonomi juga harus difokuskan dalam memajukan sektor pertanian. Kebijakan ekonomi ini perlu difokuskan guna memajukan pertanian, sehingga lapangan kerja makin terbuka, pangan bisa tercukupi, devisa meningkat dan kemiskinan menurun. Hal ini berarti, sektor pertanian harus tetap menjadi lokomotif ekonomi domestik dan juga sebagai sumber kemakmuran bangsa,” jelasnya.
Arif melanjutkan, bahwa strategi pembangunan pertanian dan juga pangan harus konsisten dalam menerapkan pendekatan sistem pangan berkelanjutan, melihat ke depannya tantangan ketahanan pangan dan gizi semakin berat. Sebenarnya pendekatan sistem pangan berkelanjutan ini telah diadopsi pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024 untuk sektor pertanian dan pangan. Sehingga ke depannya, diharapkan ketahanan pangan kita akan semakin menguat dan berkelanjutan.
“Di sinilah diperlukan strategi baru agromaritim 4.0, sebagai bentuk respons terhadap perkembangan Revolusi Industri 4.0, perlunya percepatan transformasi menuju agromaritim 4.0,” jelasnya.
Merespon hal tersebut, Riyanto selaku Peneliti Senior LPEM FEB Universitas Indonesia juga menjelaskan bahwa pada sektor pertanian ini memiliki potensi untuk menjadi salah satu sektor penopang perekonomian Indonesia. Menurutnya, sektor ini juga dinilai mampu menggerakkan sektor lainnya. Meski demikian, sektor pertanian harus menghadapi beberapa kendala contohnya adalah investasi.
“Jika sektor pertanian ini mau dijadikan sebagai mesin pertumbuhan, maka tidak ada lagi pilihan lain selain meningkatkan investasi,” ujar Riyanto.
Namun demikian, bukan hal yang mudah untuk mengundang investasi di sektor pertanian terutama di Tanah Air. Diperlukan adanya kedisiplinan, reformasi kelembagaan, dan juga modal sosial dari seluruh pelakunya agar bisa meraih kepercayaan dari investor.
LPEM FEB UI melakukan riset yang menunjukkan bahwa pada sektor pertanian dan juga industri satu sama lainnya memiliki keterkaitan yang cukup erat. Hasil penghitungannya tercatat bahwa setiap pertumbuhan sebesar satu persen pada sektor pertanian maka akan menghasilkan pertumbuhan di sektor industri sebesar 1,36 persen.
“Oleh sebab itu, jika ada investasi yang masuk baiknya diarahkan saja kepada agroindustri, agar bisa mendukung industrialisasi produk hasil pertanian yang dihasilkan dari para petani tradisional,” jelasnya.
“Elastisitas pada sektor pertanian terhadap manufaktur cukup besar. Tapi kita masih alami pertumbuhan industri yang lemah. Sehingga kuncinya adalah mendorong sektor pertanian agar kita bisa keluar dari jebakan pertumbuhan 5 persen,” tambahnya.