Mediatani – Kementerian Pertanian akan terus fokus dalam mengembangkan buah-buahan strategis terutama pada komoditas yang bernilai ekonomi tinggi seperti jeruk, manggis, mangga, pisang, nenas, durian, salak, lengkeng, buah naga dan alpukat.
Namun, di sisi lain, petani sering dihadapkan oleh permasalahan keterbatasan lahan. Sudah beragam upaya yang telah dilakukan oleh Kementerian Pertanian dalam mengantisipasi masalah tersebut. Salah satu diantaranya yaitu memanfaatkan lahan perkebunan dan kehutanan dengan menerapkan sistem penanaman polikultur (tumpangsari).
Seperti yang dilakukan oleh Amdi di Nagari Muarobodi, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Amdi mengadopsi cara cerdas dengan sistem tanam ganda atau polikultur. Amdi memulai menerapkan polikultur pada komoditas manggis dan karetnya di tahun 2007 lalu. Manggis yang ditanam adalah varietas Ratu Kamang, khas Sumatera Barat ditanam di lahan yang luasnya empat hektar. Amdi mengungkapkan bahwa ada potensi lahan di hutan karet yang sudah tidak produktif.
“Saya mulai membudidayakan manggis ini dan menanamnya di antara pohon karet, dengan jarak antar tanaman yaitu 10×10 m dan jarak antara karet dan manggis sebesar 2 meter. Rata-rata panen mencapai hingga 3,5 ton manggis pert tahun. Dengan keuntungan mencapai Rp 52 juta,” kata Amdi.
Amdi menyampaikan bahwa fungsi dari penanaman manggis di sela-sela pohon karet bisa menurunkan tingkat kematian terhadap pohon manggis yang baru. Hal ini disebabkan karena pohon karet ini berfungsi memberikan naungan, membuat intensitas cahaya matahari ke tanah turun, suhu turun, dan kelembapan terjaga.
Dikonfirmasi terpisah, Liferdi Lukman selaku Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian mengungkapkan rasa sangat senang terhadap upaya Amdi tersebut. Liferdi menjelaskan bahwa penanaman buah dengan sistem polikultur memiliki keuntungan. Diantaranya adalah efisiensi lahan dan biaya produksi, meningkatkan produktivitas tanaman jika diterapkan dengan benar, dan panen dapat dilakukan secara berkal.
Meskipun sistem polikultur memberikan keuntungan, tetapi juga kita harus memperhatikan bahwa polikultur bisa menimbulkan masalah penyakit serta hama. Biasanya hama ditularkan dari jenis tanaman lainnya dan juga berpotensi dalam menularkan penyakit. Selain itu, sering juga terjadi perebutan unsur hara antara tanaman.
“Apa yang sudah dilakukan Pak Amdi tersebut patut dijadikan contoh bagi petani lainnya. Apalagi tanaman buah manggis ini sangat menjanjikan untuk dibudidayakan, permintaan pasar ekspornya tidak pernah menurun dan harganya juga relatif stabil, tidak pernah merugikan petani,” terang Liferdi.
Lebih detil lagi, Liferdi menjelaskan bahwa naungan adalah hal penting yang perlu diperhatikan dalam menanam manggis. Tanaman manggis muda yang ditanam di lahan terbuka tanpa dinaungi, pertumbuhannya akan menunjukkan sangat lambat. Termasuk juga munculnya daun muda yang tidak serentak
“Kebutuhan terhadap naungan terutama ketika tanaman masih berada di area perbibitan dan juga selama periode baru dipindah ke lapangan, hingga tanaman sudah benar mampu untuk beradaptasi terhadap kondisi lapang yakni sekitar dua tahun,” ungkapnya.
Naungan yang terlalu rimbun juga tidak cukup baik bagi tanaman manggis ini karena bisa menyebabkan terjadinya etiolasi. Kebutuhan naungan untuk tanaman yang baru ditanam dilapang sekitar 50-75 persen dan bisa juga dikurangi sesuai dengan pertubuhan dan peningkatan umur tanaman.
Liferdi menambahkan, multiple cropping dengan tanaman karet yang kurang produktif lagi merupakan suatu terobosan baru. Pasalnya selama ini yang digunakan sebagai naungan tanaman manggis muda adalah pisang dan pepaya.
“Ke depan Kementan akan bersinergi dengan BUMN lain ataupun PTPN guna memanfaatkan lahan yang kurang produktif untuk bisa ditanami buah-buahan,” tutupnya optimis.