Mediatani – Mungkin kita tidak lagi terkejut jika ada penemuan-penemuan baru yang tidak terduga sebelumnya. Berkat bantuan teknologi yang semakin canggih, maka tidak ada yang tidak mungkin. Seperti salah satu penemuan pada sektor pertanian yaitu tentang tanaman yang dapat menghasilkan listrik.
Dalam pengembangannya, ternyata fotosintesis secara mengejutkan jauh lebih efisien dalam menghasilkan energi dari matahari daripada panel surya. Diketahui bahwa hampir 100% tumbuhan lebih efisien dalam mengubah foton dari sinar matahari menjadi elektron.
Dilansir dari trubus.id, Pada tahun 2013, University of Georgia telah menunjukkan hasil penelitian yang memungkinkan para ilmuwan memanfaatkan listrik yang diciptakan melalui fotosintesis sebelum digunakan oleh tanaman. Prosedur ini pada dasarnya mengambil listrik dari tanaman dengan nanotube yang hampir lima puluh ribu kali lebih kecil dari ketebalan rambut manusia.
Adalah Thylakoids, salah satu bagian dari tanaman di mana energi yang berasal dari matahari disimpan, terganggu dan nanotube kemudian mengalirkan listrik dari tanaman. Kuncinya yaitu bagaimana besar kekuatan menangkap elektron dari tanaman sebelum energi disimpan sebagai gula. Setelah listrik tersebut disedot dari tanaman, listrik kemudian sudah bisa digunakan untuk beberapa kebutuhan listik manusia.
Dari University of Washington, Para peneliti telah meneliti hal yang serupa terhadap tanaman agar bisa menghasilkan listrik. Di sana, para insinyur kelistrikan telah merancang sebuah rangkaian yang saat terpasang ke tanaman akan mengubah energi alami tanaman menjadi listrik yang bisa digunakan oleh manusia. Percobaan ketika dilampirkan ke pohon maple, maka mampu membuat 1,1 volt listrik, atau kurang dari baterai 1,5 volt khas seperti sel AA normal.
Sejauh ini telah diketahui bahwa ada perusahaan yang bernama Plant-e yang sudah siap untuk memanfaatkan pembangkit listrik dari tanaman. Perusahaan Plant-e ini menjelaskan bahwa tidak semua energi yang diciptakan oleh tanaman habis terpakai untuk dirinya sendiri. Sebagian besar tanaman betul-betul meningkatkan kandungan tanah lewat penciptaan bahan organik ‘berlebih’ yang dilepaskan ke tanah lalu diterima oleh bakteri.
Gagasan di balik teknologi Mic Plant Microbial Fuel Cell ’(P-MFC) adalah untuk mengumpulkan dan menggunakan elektron yang diciptakan oleh penguraian bahan organik ini oleh bakteri tanah untuk menghasilkan listrik.
Hingga sejauh ini, pembangkit listrik dari tanaman ini hanya mampu menghasilkan jumlah listrik yang masih sangat kecil. Meski begitu, teknik ini pastinya memiliki beberapa keunggulan yang jelas. Berbeda dengan penggunaan nanotube dan beberapa teknik lainnya, tanaman itu sendiri tidak terganggu.
Seperti halnya semua skema untuk menggunakan pembangkit untuk menghasilkan listrik, distribusi tanaman bahkan lebih umum daripada bahan bakar fosil. Metode ini juga diyakini jauh lebih bersih jika dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar fosil.
Sementara itu, ada juga lahan yang digunakan untuk pertanian yang diyakini bisa digunakan untuk menghasilkan listrik. Metode ini biasanya perlu penggunaan tanaman yang tumbuhnya berada dalam kondisi tergenang air. Selanjutnya akan bekerja dengan tanaman seperti beras atau cranberry, terutama di lingkungan kering.
Selain itu, adapula dari Istituto Italiano di Tecnologia (ITT) di Pisa, Italia yang juga melaporkan penelitian barunya terkait pemanfaatan tanaman sebagai pembangkit untuk pembangkit listrik. Para peneliti Italia tersebut menemukan bahwa mereka telah menemukan hasil lebih dari 150 volt listrik setiap per satu tanaman. Listrik yang dihasilkan tersebut menurut mereka telah cukup untuk menyalakan seratus bola lampu LED dengan cara yang sangat efisien.