Mediatani – Penggunaan pupuk bagi kalangan petani sudah menjadi hal yang lumrah. Pemberian pupuk bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian.
Namun banyak permasalahan yang dialami petani dalam hal pengadaan pupuk. Mulai dari harga pupuk non subsidi yang cukup mahal, kurangnya pasokan pupuk bagi petani serta dampaknya terhadap lingkungan.
Dampak bagi lingkungan ini juga biasa terjadi pada pupuk nitrogen. Permasalahan lainnya, penggunaan pupuk ialah perihal efisiensinya yang rendah dan menyebabkan penurunan produktivitas tanah.
Berangkat dari permasalahan pupuk di kalangan petani ini, Tim Dosen Agroteknologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto membuat pupuk N-ZEO-SRPlus.
Tim dosen Unsoed yang berinovasi pupuk
Pada pembuatan pupuk N-ZEO-SRPlus terdiri dari Ir. Kharisun, PhD., Dr. Ir. M Rif’an, MP, Ir. Mudjiono, MP dan Dr.Tech.Sc. Ir. Budi Prakoso, M.Sc. dibantu tim teknis yang terdiri Kartika Ferrawati, SP, Ratri Noorhidayah, S.P, M.Sc, Narso, AMd dan Eri Nurvitasari, AMd.
Disadur Senin (8/3/2021) dari situs kompas.com, Ir. Kharisun, Ph.D mengatakan, uji coba pupuk sudah dilaksanakan pada berbagai komoditas tanaman pangan seperti padi dan jagung. Maupun tanaman hortikultura seperti bawang merah dan selada di berbagai lokasi. Mulai dari Cirebon, Purwosari, Tambaksari dan Jetis.
Dalam kegiatan ini pula melibatkan 24 mahasiswa S1 Agroteknologi dan 2 mahasiswa S2 Agronomi.
“Embrio dari pupuk N-ZEO-SRPlus adalah pupuk alami NZEO-SR (Nitrogen Zeolite Slow Release) menggunakan bahan yang mempunyai kemampuan meningkatkan efisiensi pemupukan dan meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK). Serta mampu memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah yaitu zeolite dan montmorilonit,” terang Kharisun seperti dikutip dari kompas.com yang mengutip dari laman unsoed.ac.id, Minggu (7/3/2021).
Menurut Kharisun, pupuk alami ‘NZEO-SR’ dibuat dari bahan utama deposit zeolit alam dan lempung tipe 2:1 jenis montmorillonite sebagai bahan penyemen (cementing agent) dan telah diujicobakan pada tanaman padi pada tanah ultisol.
Pupuk NZEO-SR perlu dikembangkan
Kharisun mengungkapkan, pupuk NZEO-SR perlu dikembangkan untuk memberikan manfaat yang lebih luas bagi petani. Khususnya dengan makin meningkatnya permasalahan stres abiotic yang dialami oleh tanaman.
Seperti kekeringan dan kegaraman, dan stres biotik seperti hama dan penyakit. “Produk NZEO-SR pula akan dikembangkan menjadi pupuk NZEO-SR Plus dengan pengkayaan unsur Si dan peningkatan teknologinya,” ujar Ir. Kharisun, PhD.
Pengembangan pupuk NZEO-SR menjadi NZEO-SRPlus bertujuan untuk meningkatkan performa pupuk dalam penerapannya di lahan pertanian. Selain itu juga meningkatkan efisiensi serapan nitrogen oleh tanaman dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kondisi stres abiotik dan biotik.
Hal ini dikarena pupuk NZEO-SRPlus akan lebih diprioritaskan digunakan pada lahan-lahan sub-optimal yang mempunyai permasalahan spesifik (marginal). Tetapi mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan seperti lahan pasir dan lahan tanah masam.
Gunakan teknologi nano
Pengembangan teknologi pupuk NZEO-SRPlus ini dilakukan dengan teknologi nano untuk ukuran zeolite dan perakitannya menggunakan coating dari mineral silikat montmorillonit yang berukuran nano dan bahan humat.
“Coating dengan teknologi itu akan menyebabkan pupuk mempunyai kemampuan mengendalikan unsur N lebih baik sehingga efisiennya lebih tinggi dan memudahkan penggunaan di lapang,” imbuh Kharisun.
Sementara itu, adanya coting nano-silikat dan bahan humat akan dapat meningkatkan kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah. Khususnya pada tanah-tanah marginal (sub-optimal). Mineral zeolite merupakan mineral tridimensional network yang mempunyai KTK yang tinggi mencapai 250 mg yang sangat cocok untuk penjerap nitrogen di dalam kisi-kisinya.
“Mineral montmorilonit merupakan mineral silikat dengan KTK tinggi dan mempunyai sifat plasitisas yang tinggi sehingga sangat sesuai sebagai bahan coating pupuk,” tandas Kharisun.
Bisa perbaiki sifat fisik dan kimia tanah
Bahan humat merupakan bahan organik yang telah mengalami pelapukan yang lanjut yang mana terdiri atas asam humat, asam fluvat dan bahan humin. Bahan-bahan tersebut mempunyai KTK yang tinggi dan mampu mengendalikan kelembaban pupuk serta mengandung hara makro dan mikro tanaman.
Bahan humat itu akan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah sehingga sangat baik diberikan untuk memperbaiki produktivitas tanah-tanah marginal (sub-optimal) masam.
“Diharapkan pupuk yang dihasilkan ini dapat membantu memecahkan solusi efisiensi pupuk. Sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap petani dan masyarakat secara umum,” tutup Kharisun. (*)