Tim Gabungan Tangani Puluhan Paus Pilot yang Terdampar di Pantai Modung Madura

  • Bagikan
Paus pilot terdampat di Pantai Modung

Mediatani – Puluhan paus pilot dilaporkan terdampar di pantai Modung, Desa Pangpajung, Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan, Madura, Provinsi Jawa Timur. Mengetahui hal tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (DJPRL) segera melakukan penanganan.

Penanganan tersebut melibatkan beberapa tim yang terdiri dari BPSPL Denpasar Wilker Jawa Timur, Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Surabaya, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Timur, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga, Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Jatim, Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bangkalan, TNI – POLRI (Polair Polres Bangkalan), Camat Modung dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur

Dari hasil identifikasi yang dilakukan, diketahui terdapat sebanyak 52 ekor paus pilot jenis short-finned yang terdampar di perairan tersebut, dimana 49 ditemukan dalam kondisi mati dan 3 ekor berhasil diselamatkan dan dilepasliarkan kembali ke laut di Selat Madura.

Berdasarkan data dari Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, tercatat kejadian yang sama terakhir pada tahun 2016 dimana sebanyak 32 ekor paus dengan spesies yang sama, short-finned pilot whale terdampar di Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo, Provinsi Jawa Timur.

Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Dirjen PRL) Tb. Haeru Rahayu mengatakan bahwa penyebab terjadinya paus pilot terdampar akan didalami lebih lanjut. Analisa tersebut akan dilakukan oleh beberapa dokter hewan dari Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya dan dokter hewan dari Flying Vet Indonesia melalui nekropsi.

Tim dokter hewan ini menggunakan sampel sebanyak 3 ekor paus dan akan menentukan berapa ekor yang akan dinekropsi. Nekropsi itu telah dilakukan sekitar pukul 13.00 WIB.

Tebe menuturkan, dugaan sementara, paus tersebut terdampar karena salah satu paus yang diduga sebagai pimpinannya sedang sakit, sehingga rombongan paus ini mengikuti pimpinan paus pilot yang sakit dan menunggu di pinggir pantai. Karena secara alamiah, paus yang sakit akan ke pinggir pantai dan akhirnya mati.

“Untuk diketahui, perilaku paus pilot adalah bergerombol, dipimpin oleh seekor pilot yang ukuran tubuhnya lebih besar,” terang Tebe di Jakarta.

Dari pengukuran yang dilakukan di lapangan, diketahui panjang tubuh paus pilot yang terdampar bervariasi antara 2 hingga 3,5 meter. Paus yang berukuran paling besar diidentifikasi memiliki jenis kelamin betina dengan panjang 3,5 meter.

Adapun dugaan penyebab paus pilot beruaya hingga ke Selat Madura yakni dikarenakan paus sedang bermigrasi menuju perairan tropis Indonesia dan salah satu daerah ruayanya adalah Selat Madura seperti kejadian pada tahun 2016 lalu.

Namun, adanya La Nina atau gelombang besar belum bisa dikonfirmasi menjadi penyebab kejadian ini. Menurut BMKG, saat kejadian tersebut, ketinggian gelombang berkisar antara 0,5-1,5 meter.

Tebe menambahkan, upaya penanganan yang dilakukan oleh tim telah mengacu pada Pedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar yang diterbitkan oleh KKP. Kejadian paus pilot terdampar saat ini dikategorikan kode 1 yaitu ada yang masih hidup dan kode 2 yaitu baru saja mati.

Prinsip penanganan yang dilakukan adalah triase, yaitu menyelamatkan yang hidup terlebih dahulu kemudian melakukan penanganan dengan cara menguburkan yang mati.

Tebe mengungkapkan saat semua paus itu ditemukan, kondisi air laut dalam keadaan surut dan dasar pantai yang berpasir. Hal itu membuat upaya evakuasi penyelamatan paus yang hidup sulit dilakukan.

Untuk penanganan paus hidup yang berjumlah 3 ekor itu, tim melepaskan paus ke laut dengan cara mengelompokkannya dengan jarak tertentu. Sedangkan bangkai paus yang mati dikubur di daerah yang aman. Untuk mengangkut paus-paus tersebut, tim mendapat bantuan peralatan eskavator dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan dibantu masyarakat setempat.

Sementara itu, ahli biologi spesialisasi cetacea, Danielle Kreb menjelaskan bahwa kejadian paus pilot terdampar massal sudah sering terjadi di New Zealand sejak dulu. Adapun beberapa penyebab kejadian itu bisa karena getaran tektonik, badai solar atau penyakit yang menyerang satu atau lebih anggota dan membawa mereka ke perairan pesisir karena mereka hidup di laut dalam. Namun menurutnya, penyebab kejadian perlu dipastikan oleh nekropsi.

Tim yang berada di lapangan juga dibantu oleh aparat setempat, Polisi dan TNI dalam mengupayakan langkah-langkah pencegahan yaitu menghimbau masyarakat untuk tidak mendekati bangkai paus karena berpotensi menularkan penyakit ke manusia. Masyarakat juga dihimbau untuk tidak mengonsumsinya karena akan berdampak pada gangguan kesehatan.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version