Tingkat Kemiskinan Pedesaan Menurun, BPS Sebut Ada Kontribusi Sektor Pertanian

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai tukar petani (NTP) kembali meningkat pada Oktober 2021 (Foto: Ilustrasi)
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai tukar petani (NTP) kembali meningkat pada Oktober 2021 (Foto: Ilustrasi)

Mediatani.co.CO.ID, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data terkini mengenai jumlah penduduk miskin di Indonesia. Dalam rilis terbarunya, Deputi Bidang Statistik Sosial BPS Ateng Hartono menyebut jumlah penduduk miskin pada Maret 2025 tercatat sebesar 23,85 juta orang atau turun 0,21 juta orang dari September 2024 dan turun 1,37 juta orang dari Maret 2024.

Ateng mengungkapkan tren tingkat kemiskinan di wilayah perkotaan dan perdesaan pada Maret 2025 menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Ateng menyampaikan jumlah penduduk miskin di perkotaan tercatat sebanyak 11,27 juta orang pada Maret atau meningkat 0,22 juta orang dari 11,05 juta orang pada September 2024.

“Persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret 2025 sebesar 6,73 persen, meningkat dibandingkan September 2024 yang sebesar 6,66 persen,” kata Ateng saat peluncuran BPS terkait Profil Kemiskinan di Indonesia Kondisi Maret 2025 dan Tingkat Ketimpangan Pengeluaran Penduduk Indonesia Kondisi Maret 2025 di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (25/7/2025).

Sementara jumlah penduduk miskin di pedesaan pada Maret 2025 justru mengalami penurunan sebesar 0,43 juta orang, dari 13,01 juta orang pada September 2024 menjadi 12,58 juta orang pada Maret 2025. Ateng menyampaikan persentase penduduk miskin di pedesaan pada Maret 2025 sebesar 11,03 persen atau menurun dibandingkan September 2024 yang sebesar 11,34 persen.

Ateng menyampaikan tren tersebut menunjukkan ketahanan penduduk di pedesaan dalam menghadapi sejumlah tekanan sosial dan ekonomi. Ateng memberikan contoh kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) pada Februari 2025 sebesar 123,45.

“Ini menunjukkan indeks harga yang diterima petani lebih tinggi dibandingkan dengan indeks harga yang dibayar petani. Artinya daya tukar petani mengalami peningkatan,” kata Ateng.

Ateng mengatakan masyarakat di perdesaan relatif tidak terlalu terdampak dengan kenaikan beberapa komoditas pangan seperti minyak goreng, cabai rawit, dan bawang putih. Kondisi yang tentu berbeda dengan masyarakat di perkotaan.

“Di desa seringkali memiliki akses ke pangan dan produksi lokal yang dapat mengamankan konsumsi minimumnya,” tambah Ateng.

Ateng juga mengungkapkan fenomena menarik di balik penurunan tingkat kemiskinan di pedesaan. Dalam kurun waktu satu tahun terakhir, lanjut Ateng, BPS mencatat terjadinya kenaikan jumlah tenaga kerja sektor pertanian dan perdagangan di pedesaan.

“Lapangan usaha perdagangan dan pertanian menjadi sektor tertinggi peningkatan tenaga kerja pada Februari 2024 ke Februari 2025 yang masing-masing naik 0,9 juta dan 0,89 juta orang,” lanjut Ateng.

Kondisi tersebut justru berlawanan dengan wilayah perkotaan yang mengalami peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 220 ribu orang pada Maret 2025 dibandingkan September 2024. Ateng mencatat hal ini tidak lepas dari sejumlah faktor seperti peningkatan setengah pengangguran di perkotaan pada Februari 2025 yang meningkat 0,46 juta orang dibandingkan Agustus 2024.

Ateng menyebut penduduk perkotaan juga terkena dampak dari harga komoditas pangan yang murah. Berbeda dengan penduduk pedesaan, kata Ateng, masyarakat perkotaan memiliki ketergantungan tinggi terhadap harga pangan sehingga berdampak pada penurunan daya beli.

“Khususnya bagi yang berada di kelompok bawah dan miskin. Jika miskin, jika daya belinya menurun, mereka akan mudah jatuh ke bawah,” kata Ateng.

Ateng menyampaikan tingkat pengangguran terbuka (TPT) untuk laki-laki di perkotaan mencapai 6,06 persen pada Februari 2025. Ateng menyebut angka tersebut meningkat dibandingkan TPT laki-laki di perkotaan pada Agustus 2024 yang sebesar 5,87 persen.

“Kita tahu laki-laki sebagian besar adalah ujung tombak dalam perekonomian, dalam bekerja. Kenaikan TPT pada laki-laki ini akan berdampak terhadap tingkat kemiskinan di perkotaan,” kata Ateng.

Salurkan Donasi

Exit mobile version