Mediatani – Ekspor produk perikanan di Jambi pada bulan Mei masih didominasi oleh udang belalang. Tercatat, jumlah udang yang dikirim mencapai 211.400 ekor.
“Udang belalang masih mendominasi ekspor produk perikanan di Jambi dengan jumlah pengiriman sebanyak 215 kali, dengan nilai ekspor Rp16,20 miliar,” sebut Kasi Pengawasan, Pengendalian, Data dan Informasi (Wasdalin) BKIPM) Jambi Paiman di Jambi, dilansir dari SariAgri, Senin, 21 Juni 2021.
Produk perikanan yang berada di urutan kedua pada bulan Mei, yakni ikan cupang yang jumlahnya 5.148 ekor dengan nilai Rp6,38 miliar. Kemudian selanjutnya ada ikan tali-tali, seluang, dan ikan guppy dengan nilai ekspor masing-masing yakni Rp56,56 juta, Rp37,89 juta dan Rp8,43 juta.
Pengiriman domestik produk perikanan tersebut kebanyakan transit ke Jakarta. Dari Jakarta udang belalang tersebut selanjutnya diekspor ke beberapa negara seperti Cina, Hongkong, Singapura dan negara-negara lainnya.
“Jika dibandingkan dengan nilai ekspor produk perikanan bulan April, terjadi penurunan sebesar Rp7,25 miliar dimana pada bulan April nilai ekspor produk perikanan sebesar Rp28,24 miliar,” kata Paiman.
Ekspor produk perikanan yang menurun pada bulan Mei itu disebabkan karena diberlakukannya aturan larangan mudik hari raya Idul Fitri 1442 Hijriah. Mulai tanggal 6 hingga 17 Mei 2021, Bandara Jambi hanya melayani penerbangan khusus, sehingga pengiriman udang belalang yang menggunakan jalur udara sempat terhenti.
Dampak dari terkendalanya pengiriman udang belalang tersebut membuat harga jual udang belalang di tingkat nelayan. Efendy, salah seorang nelayan udang belalang di Kabupaten Tanjung Jabung Barat mengungkapkan bahwa harga udang belalang saat itu hanya berkisar Rp30 ribu sampai dengan Rp40 ribu.
“Udang belalang ukuran besar yang biasa di hargai Rp80 ribu sampai 100 ribu hanya berkisar Rp30 ribu sampai dengan Rp40 ribu karena kesulitan mengirim udang,” ungkap Efendy.
Meski demikian, saat ini pengiriman udang belalang tersebut sudah kembali berjalan seperti sebelumnya dan harga udang belalang berangsur membaik.
Namun, harga udang belalang tersebut belum mengalami kenaikan yang begitu signifikan. Dimana di tingkat nelayan, harga udang tersebut masih berkisar Rp60 ribu sampai dengan Rp70 ribu per ekor.
Udang belalang yang biasa juga disebut udang mantis ini merupakan salah satu jenis crustaceae laut yang cukup digemari masyarakat karena memiliki kandungan protein yang mencapai 87,09 %. Selain negara-negara di Asia, komoditas ini juga sangat populer di negara-negara Mediterania sampai ke Eropa.
Selama ini udang belalang ini telah menjadi sumber penghidupan nelayan Tanjung Jabung Barat, yang berjarak 125 kilometer di bagian timur Jambi. Pasalnya, udang tersebut memang memiliki harga yang sangat menggiurkan.
Sejak terbukanya pasar di tahun 2014, nelayan yang menangkap udang belalang terus meningkat. Kemudian pada 2015, tercatat pengiriman jenis udang itu dari Jambi mengalami kenaikan menjadi rata-rata 23 persen per tahun dengan jumlah pengiriman mencapai 2,48 juta ekor. Pada 2016, kembali meningkat menjadi 3,16 juta ekor dan di tahun 2017 menjadi 3,78 juta ekor.
Terdapat sekitar 3.000 lebih nelayan di kampung nelayan dan sekitarnya yang menggantungkan hidup dari hasil tangkapan udang belalang. Para nelayan setempat juga bisa menjual langsung hasil tangkapan udang itu di pasar lokal.
Karena permintaan udang belalang tersebut sempat terhenti, nelayan mencoba untuk beralih menangkap hasil laut lainnya seperti ikan. Namun hal itu membuat mereka harus mengganti jaring yang membutuhkan biaya cukup besar.
Untuk membeli jaring ikan, para nelayan harus mengeluarkan biaya hingga Rp 8 juta. Penjualan ikan hasil tangkapan itupun tidak sebanding untungnya dengan hasil tangkapan udang belalang.