Mediatani – Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin menginginkan agar pembangunan zona Kuliner Halal, Aman dan Sehat (KHAS) dilakukan lebih luas lagi di seluruh Indonesia. Hal ini bertujuan agar tren ekowisata dan wisata kuliner di daerah bisa lebih meningkat.
“Saya mendorong semakin banyak Zona KHAS yang dibangun di seluruh Indonesia,” ungkap Wapres dalam kegiatan Grand Opening Ceremony Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia Sumatera Barat secara virtual, Selasa (12/4/2022).
Zona KHAS yang dimaksud itu adalah suatu area atau hamparan yang berfokus dalam kegiatan memasak, masakan berupa lauk-pauk, berbagai jenis panganan maupun minuman.
Berbagai jenis masakan tersebut memiliki kaitan yang erat dengan makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari serta lingkungan yang memenuhi kaidah halal, aman dan sehat.
Pada kegiatan tersebut, Wapres juga mengungkapkan pujiannya terhadap rendang yang merupakan khasanah kuliner Minang yang pernah dinobatkan sebagai salah satu makanan terlezat di dunia.
“Mari sejenak kita menengok potensi kuliner ranah Minang. Rendang pernah dinobatkan sebagai makanan terlezat di dunia, mengalahkan puluhan kuliner dari negara-negara lain,” ungkap Wapres.
Menurutnya, Sumatera Barat memiliki kuliner dengan kekuatan yang dapat memenuhi tren ekowisata dan wisata kuliner saat ini.
“Ada yang bilang Sumatra Barat itu tidak ada makanan yang enak, yang ada itu enak sekali,” tuturnya.
Oleh karena itu, Wapres mendorong Zona Kuliner Halal, Aman, dan Sehat atau Zona KHAS yang khususnya dibangun di Sumatera Barat agar dapat berkontribusi dalam meningkatkan sektor pariwisata Sumbar.
Kuliner halal sebagai daya tarik destinasi wisata
Kuliner juga merupakan salah satu faktor yang menjadi daya tarik dari suatu destinasi wisata di samping suguhan keindahan dari alamnya. Namun, tak jarang umat Muslim sulit untuk mendapat makanan halal di sebuah destinasi wisata.
Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center Sapta Nirwandar menjelaskan bahwa kehadiran makanan halal di suatu destinasi wisata di seluruh dunia merupakan hal yang sangat penting, tak terkecuali Indonesia.
“Halal bukan hanya tentang proses. Halal bagi traveler muslim itu extended service,” kata Sapta dalam webinar “Halal Chef Indonesia-Uzbekistan” pada Selasa (22/2/2022).
Karena itu, tambah Sapta, seluruh dunia bisa menerima makanan halal karena halal adalah sebuah layanan. Ketersediaan layanan makanan halal di sebuah restoran memungkinkan lebih banyak wisatawan atau turis Muslim yang tertarik.
Pasalnya, layanan makanan halal ini adalah bisnis. Jika suatu destinasi atau tempat tidak membuat atau menyediakan makanan halal, maka sebagian pendapatannya akan berkurang lantaran tidak adanya Muslim yang mau makan di tempat tersebut.
Sapta mencontohkan pelayanan makanan yang ada di Singapura dan Korea Selatan. Dari pengamatannya, ada sekitar 90 persen tempat makan halal yang ada di Singapura. Begitu juga di Korea Selatan, yang menyediakan 200 restoran halal demi memberikan layanan kepada pelanggan Muslim.
Pelayanan makanan halal juga bisa dilihat di Bali. Meski terkenal dengan makanan non-halal, namun umat Muslim tetap bisa menjangkau sejumlah restoran padang.
“Bali mayoritas Hindu, Bangkok mayoritas Buddha, tetapi jangan lupa ada banyak Muslim traveler atau visitor, itu makanya ada banyak makanan halal di Bangkok, makanan halal diperlukan,” ujar Sapta.
Menurutnya, makanan halal itu merupakan hal yang sangat mendasar bagi orang muslim karena hal ini berkaitan dengan kepercayaan yang mereka anut.