CINTAILAH PETANI DAN DESAMU

  • Bagikan
Dr. Sofyan Sjaf, Kepala Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Institut Pertanian Bogor

Dr. Sofyan Sjaf, M.Si*.

Polemik perberasan nusantara kembali mengemuka. Kali ini bukan tema impor dan produksi yang menjadi polemik, melainkan penggerebekan salah satu perusahaan yang dianggap telah melanggar aturan perundangan yang berlaku. Begitupun dengan desa, 3 bulan yang lalu, Presiden Jokowi meningatkan bahwa sudah puluhan triliunan rupiah dana desa diberikan, tetapi kehendak menurunkan indeks ketimpangan pun tidak menuai harapan.

Tidak sedikit masyarakat bertanya, mengapa selalu saja polemik di atas berulang? Juga mengapa desa sll “dipojokkan”? Siapakah yang berani membusungkan dadanya dan mengatakan, sayalah yang bertanggungjawab atas semua itu?

Saya pesimis ada yang memiliki keberanian tersebut! Mungkin saya pun adalah bagian orang yang tidak berani tersebut! Mengapa? Jawabannya karena kita benar-benar belum memiliki keCINTAan yang utuh kepada petani dan desa.

CINTA bukan hanya diberikan kepada orang-orang terdekat kita. Baik pasangan, keluarga maupun teman. Tetapi CINTA harus kita berikan kepada mereka yang selama ini telah berkorban menyelamatkan kepentingan banyak orang. Tak perlu kita mengenal dekat mereka dan tak perlu mereka mengenal dekat kepada kita. Kita cukup mengetahui bahwa mereka sudah berkorban untuk menyediakan kepentingan banyak orang dan menjaga harmonisasi kehidupan negeri ini.

Kita boleh tidak mengenal petani dan desa. Tetapi CINTA harus kita berikan kepada mereka. CINTA akan melahirkan sayang, empati, dan solider. CINTA akan menumbuhkan loyalitas kita terhadap mereka.

Polemik pertanian dan stagnannya progres pembangunan desa, bisa jadi karena kita belum memiliki keCINTAan terhadap petani dan desa. Petani dan desa selalu kita jadikan objek CINTA, bukan subjek. Kita gunakan kelebihan dan potensi mereka, tetapi kita tidak pernah memberikan kelebihan dan potensi yang kita miliki secara utuh. Untuk itu, wajar saja mengapa keridhaan Allah SWT, Tuhan YME tidak pernah menyapa kita.

Kurang lebih 1 minggu terakhir ini, saya diberikan kesempatan bertatap muka dengan petani dan para pelaku desa. Berdialog tentang banyak hal. Menebar senyum dan sesekali di antara kita bernada tinggi menyikapi suatu fakta. Saya terus berupaya menggali apa hal  prinsip yang harus ditanam terlebih dahulu agar petani dan desa bisa menjadi subjek bukan objek.

Akhirnya kutemukan jawabannya dari seorang yang selama ini berjibaku dengan petani dan tanamannya, serta hidup bersama mereka yang membutuhkan perhatian dengan segala keterbatasan.

Dengannya, saya sengaja menanyakan mengapa dia berhasil menahkodai kehidupannya dan selalu dinanti oleh petani dan orang desa? Jawabannya cukup sederhana, yakni CINTA.
Baginya CINTA adalah media meraih ridha sang pencipta. Dengan CINTA apapun yg ia kehendaki dan sesuatu yang ia mimpikan dengan mudah diperolehnya.

Jawaban tersebut membuatku tersentak. Pikiranku menerawang dan batinku bertanya sudah CINTA kah saya terhadap petani dan desa?

*Sofyan Sjaf, Penulis adalah Kepala Pusat  Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Institut Pertanian Bogor [PSP3-IPB] dan Staf Pengajar di Departemen SKPM, Fakultas Ekologi Manusia IPB.

  • Bagikan