Mediatani – Sebanyak 30 ton Jagung Rendah Aflatoxin (JRA) dari Kelompok Tani Maju Desa Margacatur Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan berhasil dikirim ke PT. Tereos FKS Indonesia, pada Selasa (2/3/2021), lalu. Pengiriman ini merupakan pengiriman pertama dari rencana pengiriman sebanyak 150 ton.
Tereos FKS Indonesia merupakan salah satu anggota Perkumpulan Produsen Pemurni Jagung Indonesia (P3JI). Sebelumnya pada akhir tahun 2020 ini, P3JI sudah melakukan penandatangan nota kesepahaman bersama pengembangan JRA di Indonesia Bersama Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Sebagaimana diketahui, Jagung Rendah Aflatoxin (JRA) merupakan jagung yang digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan berbagai produk pangan yang aman di konsumsi manusia.
Salah satu produk yang telah biasa dan banyak dikonsumsi di Indonesia adalah sweetener atau gula jagung. Pentingnya JRA ini ialah karena bahan makanan yang mengandung kadar aflatoxin di atas ambang batas yang diperbolehkan akan berbahaya bagi kesehatan.
“Sebagai petani saya sangat ingin produk jagung yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi masyarakat yang mengkonsumsinya. Untuk itu kami bertekad ingin memproduksi JRA agar jagung yang diproduksi mempunyai manfaat lebih bagi konsumen,” demikian disampaikan Solihin selaku ketua Kelompok Tani Maju, dikutip Jumat (5/3/2021) dari situs industry.co.id.
Dalam memproduksi JRA ini, Solihin mengaku melakukan beberapa tahapan kegiatan, tahap pertama melakukan panen setelah jagung berumur 10 hari lebih tua dari umur panen ideal, pada tahap yang kedua melakukan pengeringan dengan jarak 4 jam sejak panen untuk jagung yang dipanen dengan corn combine dan 10 jam bagi jagung yang dipanen dalam bentuk tongkol.
Dan pada tahap yang ketiga, semua prinsip tahapan penangan senantiasa menggunakan prinsip keamanan pangan untuk alat dan bahan yang digunakan senantiasa menggunakan alat bahan yang bersih dan aman.
Wisman Djaja selaku Presiden Direktur PT. Tereos FKS Indonesia saat diwawancara menyebut pihaknya siap membeli jagung (JRA) dengan harga lebih baik dari harga yang dibeli pabrik pakan saat ini.
Wisman menambahkan bahwa dengan adanya kerja sama dengan petani Lampung Selatan, perusahaannya memiliki opsi pembelian bahan baku, selama ini baru petani di Lombok Timur yang mampu menghasilkan JRA dalam skala usaha cukup besar.
Ditemui ditempat yang terpisah, Suwandi selaku Direktur Jenderal Tanaman Pangan menyampaikan apresiasinya kepada Kelompok Tani Maju yang sudah berhasil memproduksi jagung dengan prinsip-prinsip penanganan panen dan pasca panen yang baik sehingga produknya mampu diterima oleh industri jagung untuk kebutuhan pangan.
“Pemerintah senantiasa mendukung upaya pemenuhan kebutuhan industri dalam negeri dari bahan baku yang ada di dalam negeri sendiri, sehingga kemandirian produksi pangan bisa cepat terwujud,” ujar dia.
Senada dengan hal itu, Gatut Sombogodjati selaku Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan menyampaikan apresiasinya atas berhasilnya jagung produksi dari Lampung Selatan diterima oleh industri pangan.
Dia berharap agar citra Lampung sebagai provinsi produsen jagung dengan kualitas rendah dapat mulai terhapus dengan adanya program JRA ini yang mengedepankan mutu jagung.
Sebelumnya, sebagaimana dikutip dari mediaindonesia.com Direktur Jenderal Taman Pangan Kementan, Suwandi menuturkan bahwa kunci dari produksi jagung JRA ini adalah proses panen dan pasca panennya. Suwandi meminta agar petani untuk menjalankan prosedur-prosedur yang harus dijalankan, sehingga hasil panen bisa optimal.
Terkait dukungan alat Kementan, Suwandi menambahkan bahwa telah memberikan bantuan alat panen Corn Combine Harvester dan mesin pengering jagung vertical (dryer).
“Saya Harap dengan bantuan ini petani bisa bersemangat dan bisa meluaskan lagi usahanya, hal ini sesuai dengan arahan bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan nilai tambah bagi petani selama pandemik seperti sekarang,” ujarnya. (*)