Mediatani – Ada sekitar 135 hewan ternak milik warga di lereng Gunung Raung yang sakit. Hal itu disebabkan karena hewan-hewan ternak itu terdampak abu vulkanik Gunung Raung.
Dikutip mediatani.co dari situs berita detikcom, Jumat (26/2/2021), pemilik ternak mengaku bahwa hewan ternaknya mengalami penurunan nafsu makan, lantaran abu vulkanik yang menempel pada rumput pakannya.
Dari permasalahan ini, Dinas Pertanian Banyuwangi kemudian langsung turun ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan hewan ternak yang berlokasi di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Kamis (25/2/2021).
Dalam kegiatan ini, tercatat ada 64 ekor sapi yang kemudian mendapat tindakan dari Dinas Pertanian Banyuwangi. Selebihnya ada beberapa ternak kambing. Meski begitu, total keseluruhan hewan ternak yang terdampak abu vulkanik mencapai 135 ekor.
Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Disperta Banyuwangi, drh Nanang Sugiharto mengatakan, abu vulkanik yang menempel pada rerumputan bisa mengganggu kesehatan, jika dikonsumsi hewan ternak.
“Dinas Pertanian Banyuwangi melakukan upaya preventif untuk ternak warga. Kebetulan kemarin ada erupsi Gunung Raung yang turun. Dan ternak ini makannya rumput sehingga menimbulkan kolik abdomen,” kata Nanang kepada wartawan, dikutip dari detikcom, Jumat (26/2/2021).
Kondisi itu, lanjut Nanang, yang menjadi fokus agar peternak tidak mengalami kerugian. Apalagi jika hewan ternak menjadi sakit parah sampai terjadi kematian.
“Jadi abdomen, kolik abdomen ini yang kita cegah agar tidak ada kerugian. Apalagi ada laporan dari warga yang mengatakan ternak mereka tidak mau makan,” katanya.
Langkah lain, sambung dia, adalah ternak diberikan pengobatan. Meskipun beberapa ternak mengalami keluhan berbeda.
“Langkahnya ada pemberian vitamin, pengobatan jika sakit, diberikan obat cacing juga, dan pemberian mineral. Begitu pula jika ada ternak yang minta kawin (berahi) kita layani kawin suntik,” jelasnya.
Meski demikian, menurut Nanang, secara data dampak erupsi Gunung Raung bagi ternak memang belum begitu terasa. Namun pihak dinas mengupayakan langkah antisipasi lebih dini.
“Dampaknya memang tak begitu nampak. Tapi kami mengimbau kepada warga agar makanan ternak rumput ini yang terkena abu agar dibersihkan atau dicuci. Ini untuk meminimalisir adanya kejadian yang menimbulkan penyakit,”
“Dampak yang terasa yakni hanya menimbulkan penyakit individu saja. Kita lakukan preventif khususnya di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, ini yang paling parah,” jelas dia.
Camat Songgon, Kunta Prasrawa mengungkapkan apresiasinya atas reaksi cepat Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi, yang melakukan pemeriksaan hewan ternak warga di sekitar lereng Gunung Raung.
“Ini respons yang dari pemerintah atas apa yang terjadi di tempat ini. Melakukan antisipasi penyakit ternak akibat dampak abu vulkanik Gunung Raung,” jelas Kunta.
Sementara itu Ruslan, pemilik hewan ternak di Desa Sumberarum mengaku menerima manfaat atas pemeriksaan hewan ternak ini.
“Ini yang kita harapkan dari pemerintah. Ada di saat masyarakat kesulitan,” ujarnya.
Sebelumnya, sebagaimana diberitakan situs yang sama, puncak Gunung Raung sempat tertutup awan lentikularis sehingga seperti bertopi awan. BMKG menyebut, awan mirip caping itu terbentuk saat peralihan musim.
“Awan mirip caping ini paling memungkinkan terbentuk saat mulai peralihan musim,” kata Deny Gumintar, Prakirawan BMKG Banyuwangi, Senin (22/2/2021) dikutip mediatani.co Jumat (26/2/2021).
Dia kemudian menjelaskan bagaiamana awan lentikularis itu terbentuk. “Fenomena ini nama ilmiahnya awan lentikularis. Proses terbentuknya akibat arus udara yang lembab terdorong ke atas dan melintas melalui puncak gunung atau bukit yang menyebabkan kelembaban. Sehingga mengembun dan akhirnya membentuk seperti itu,” papar Deny.
Menurut BMKG, awan itu bukan merupakan pertanda buruk. Tidak hanya terjadi di Gunung Raung, sejumlah gunung di Indonesia pun juga sering mengalami kejadian seperti tersebut.
“Awan ini bukan lantas menjadi pertanda akan terjadinya badai, tidak. Atau bencana lainnya, juga tidak. Karena awan yang berbahaya itu awan Cumulonimbus.
Sebagai info, aktivitas vulkanik Gunung Raung saat ini terpantau menurun jika dibandingkan sebelumnya. Asap abu-abu dari kawah berketebalan tipis juga terkadang masih terlihat dengan ketinggian 300-500 meter. Sedangkan aktivitas tremor menerus (microtremor) masih terekam dengan amplitudo 1-5 mm (dominan 1 mm). (*)