Mediatani – Unjuk rasa para petani yang berlangsung di India sejak sekitar satu minggu yang lalu ini rupanya tidak berbuah manis. Pasalnya permintaan mereka pada aksi kemarin dinilai tak sesuai harapan. Pemerintah setempat hanya menunda penerbitan Undang -Undang Pertanian tersebut bukan menghapusnya. Para demonstran kecewa terhadap keputusan tersebut sebab dinilai jika pemerintah dan parlemen tetap mengesahkan Undang – Undang pertanian yang baru tersebut, maka hanya pihak pembeli dari perusahaan swasta berskala besar yang diuntungkan sehingga para petani akan jadi korbannya.
Puluhan ribu petani yang telah berkemah di dekat pinggiran kota New Delhi selama dua bulan ini akhirnya memilih untuk mogok makan sebagai respon dari keputusan pemerintah setempat. Aksi mogok makan ini akhirnya dimulai setelah konvoi traktor dan aksi orasi yang telah berlangsung selama kurang lebih satu minggu. Aksi mogok makan ribuan petani di India ini dimulai pada Sabtu (30 Januari 2021) yang lalu. Pemilihan hari dimulainya aksi mogok makan karena bertepatan dengan peringatan hari kematian Mahatma Gandhi, sang pejuang kemerdekaan di India. Aksi mogok makan yang digelar bertepatan dengan peringatan kematian Mahatma Gandhi akan jadi pesan ke rakyat India bahwa massa melakukan aksi damai.
“Gerakan para petani merupakan gerakan yang damai dan akan terus damai, Aksi pada 30 Januari ini digelar untuk menyebarkan pesan-pesan kebenaran dan tanpa ada kekerasan” kata Darshan Pal, pimpinan Samyukt Kisan Morcha, koordinator aksi dan kelompok yang menaungi sejumlah serikat petani.
Selain aksi mogok makan, dibeberapa lokasi, aksi massa juga berujung ricuh. Para petani yang menggunakan traktor untuk mengunjuk rasa akhirnya ricuh. Hal ini ditandai setelah beberapa pengunjuk rasa keluar dari rute yang telah disepakati sebelumnya antara pihak Kepolisian dan perwakilan massa. Beberapa demonstran yang kecewa dan geram memilih untuk merobohkan pagar kawat berduri dan barikade serta bentrok dengan polisi. Sementara itu, polisi juga menggunakan gas air mata dan menembakkan ke arah massa yang ricuh untuk meredam amarah. Akibat dari aksi yang berujung ricuh tersebut, sehingga menyebabkan satu orang tewas dan ratusan orang terluka.
Tidak hanya bentrok antara polisi dan demonstran, di beberapa tempat lainnya massa aksi juga bentrok dengan kelompok anti gerakan petani.
Seperti yang kita ketahui, pada sektor pertanian di India ini terhitung sekitar separuh 1,3 milliar dari seluruh total penduduk India yang bekerja pada sektor pertanian ini. Sehingga aksi unjuk rasa yang dilakukan kurang lebih 150 juta petani ini menjadi salah satu tantangan berat bagi Perdana Menteri India yaitu Narendra Modi selama dia menjabat sejak tahun 2014. Sebelumnya, telah diadakan pertemuan antara pemerintah dan serikat petani sebanyak sebelas kali pertemuan. Kedua belah pihak membahas tentang polemik Undang – Undang pertanian yang belakangan ini dinilai tidak menguntungkan petani. Namun, pertemuan tersebut tidak membuahkan hasil yang positif dan berujung buntu. Pemerintah hanya menawarkan untuk menunda penerapan Undang – Undang pertanian yang baru ini sampai delapan belas bulan kedepan. Namun, para petani merasa kecewa dan tidak setuju akan keputusan tersebut. Para petani menginginkan untuk dihapuskannya Undang – Undang tersebut. Sehingga serikat petani memilih untuk mengunjuk rasa dengan menyatukan seluruh kekuatan para petani di beberapa bagian di India untuk membuat pemerintah India agar mempertimbangkan keputusannya. Kelompok petani juga mengancam tidak akan berhenti mengunjuk rasa sampai Undang – Undang tersebut dicabut.