Mediatani – Aksi protes yang dilakukan oleh petani di India untuk menolak Undang – Undang pertanian yang dianggap kontroversi bagi warga miskin khususnya petani, masih terus berlangsung. Dengan beragam cara bentuk unjuk rasa agar permintaan mereka mendapat respon baik dari pemangku kebijakan. Kali ini, para demonstran membawa patung dan foto aktivis lingkungan yaitu Greta Thunberg dan Penyanyi terkenal Rihanna. Selain itu, mereka juga membawa foto keduanya dan berniat untuk membakar foto keduanya karena kecewa dengan respon mereka di media sosial.
Thunberg melalui media sosialnya, memberikan dukungan kepada petani di India yang memprotes penyelidikan polisi. Cuitan tersebut dianggap kontroversi dan dinilai mengorbankan sentimen di India, sehingga pemerintah India menjadi marah. Selain itu ada juga spanduk yang bertuliskan “campur tangan Internasional” di Internal India yang berujung tidak akan di toleransi.
Pada Rabu (3 februari 2021) Thunberg memberikan dukungannya kepada Petani di India melalui media sosialnya. Disana dia menuliskan kalimat “Kami bersama dalam solidaritas dengan petani di India”. Selain itu, adapula arti Rihanna yang menuliskan cuitan tentang tindakan kekerasan terhadap petani yang berisikan “Mengapa kita tidak membicarakan ini?!”
Terkait hal itu, pemerintah India merespon pernyataan dari para tokoh Internasional tersebut. Pihaknya merespon dengan memberikan peringatan juga melalui cuitan di media sosial. Pemerintah India menggaungkan tagar dan komentar di media sosial yang sensasional untuk memberi peringatan.
Dilansir dari Reuters, Thunberg dituduh terlibat dalam konspirasi internasional setelah dia mencuit “toolkit untuk orang-orang yang ingin menunjukkan dukungannya pada petani.”
Dokumen itu berisi tip kampanye berupa tagar yang disarankan dan tanda tangan di petisi. Kasus tentang cuitan Thunberg di media sosialnya tentang toolkit menarik perhatian polisi Delhi meskipun tidak disebutkan dalam kasus yang diajukan.
Para pemimpin partai Bharatiya Janata (BJP) mengungkapkan bahwa perangkat itu adalah sebagai bukti rencana internasional untuk menyerang India. Praveer Ranjan selaku Komisaris Khusus Polisi Delhi turut memberikan tanggapan.
“Kami belum menyebut siapapun dilaporan informasi pertama (FIR), investigasi dilakukan hanya pada pencipta toolkit dan polisi delhi akan menyelidiki kasus itu,” ujarnya.
Melihat beragam reaksi akibat cuitan kontroversinya, Thunberg dalam cuitannya Kamis (4/2) kembali menegaskan tentang posisinya yang mendukung para petani India yang sedang memperjuangkan haknya.
“Saya masih #BersamaParaPetani dan mendukung aksi damai mereka. “Tidak ada jumlah kebencian, ancaman atau pelanggaran hak asasi manusia yang akan mengubahnya. #DemoPetani,” tulis Thunberg dalam cuitannya.
Sejak November tahun 2020 lalu, sebanyak ratusan ribu petani India menduduki Ibukota Delhi. Mereka menuntut undang-undang pertanian baru dicabut karena dinilai merugikan petani di India. Namun karena tidak mendapat respon positif dari pemerintah India, sehingga minggu lalu aksi unjuk rasa berubah menjadi kekerasan, ratusan orang menyerbu ibu kota.
Untuk menindak para petani, polisi Delhi mengirim petugas anti hura hara dan paramiliter untuk menindak para petani. Tak hanya itu akses internet juga sempat diblokir.
Sebanyak sembilan kali, Pemerintah telah melakukan pembicaraan dengan petani, namun tetap saja gagal. Mahkamah Agung India baru-baru ini menangguhkan pelaksanaan undang-undang tersebut.
Sementara itu, Para petani dengan tegas mengatakan tidak akan berhenti protes sampai pemerintah sepakat mencabut serangkaian undang-undang yang disahkan tahun lalu.
Sebaliknya, para petani menganggap perubahan itu akan merugikan. Sebab memungkinkan tengkulak membeli langsung dari petani. Artinya jaminan harga panjang untuk tanaman mereka berakhir. Dan mereka hanya berharap pada belas kasih perusahaan besar.