Mediatani — Kualitas air merupakan bagian penting yang harus diperhatikan dengan serius agar budidaya ikan dapat berhasil. Pasalnya, kualitas air yang buruk akan membuat proses budidaya menjadi terhambat bahkan bisa mengakibatkan kematian massal ikan.
Alasan itulah yang melatarbelakangi, tim mahasiswa dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mencoba menciptakan sebuah inovasi yang memudahkan pembudidaya ikan memantau kualitas air di kolam budidaya.
Melalui kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN), tim mahasiwa ITS ini membuat alat pemantau berbasis Internet of Things (IoT) untuk mengendalikan kualitas air di kolam budidaya ikan gurami di Sambijajar, Sumbergempol, Tulungagung.
Tim KKN yang diketuai oleh Dewi Lailatus Su’adah beserta enam mahasiswa asal Departemen Teknik Instrumentasi ITS ini merancang sebuah alat ukur parameter kualitas air yang dapat memudahkan pembudidaya memantau kualitas air kolam budidaya.
Alat tersebut ditambahkan dengan sistem IoT melalui aplikasi Smart Fish Pond. Dengan aplikasi tersebut, pembudidaya melalui smartphonenya bisa mengakses data pengukuran dan mengontrol penggantian air kolam ikan gurami.
Dewi memaparkan, alat tersebut dapat memonitoring berbagai parameter air kolam, mulai dari suhu, kadar pH, dan kekeruhan air dengan mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan untuk budidaya ikan gurami.
Kemudian, pengukuran yang dilakukan sensor menghasilkan nilai yang selanjutnya diolah menggunakan mikrokontroler dan dapat dibaca melalui aplikasi Smart Fish Pond.
“Aplikasi ini akan memunculkan notifikasi jika air kolam sudah dalam kondisi harus diganti,” jelasnya.
Selain itu, pada aplikasi Smart Fish Pond ini juga terdapat fitur kontrol yang dapat memberi perintah penggantian air secara otomatis.
Dengan fitur tersebut, relay aktuator solenoid valve dapat digerakkan melalui smartphone untuk membuang dan memompa untuk pengisian air.
Dengan begitu, penggantian air sudah bukan lagi hal yang harus dikhawatirkan oleh pembudidaya, karena sudah dapat dilakukan secara otomatis melalui aplikasi Smart Fish Pond.
Dewi juga menjelaskan, di kolam budidaya dipasang sebuah alat detektor yang dimasukkan ke dalam sebuah panel box yang dirancang dengan pipa PVC yang dapat dibuka tutup. Desain ini dibuat agar pengecekan dapat lebih mudah dilakukan dan sensor terlindung dari air.
“Kami mengantisipasi percikan air dan gangguan akibat pergerakan ikan,” jelasnya.
Meski demikian, kegiatan KKN yang mereka lakukan juga tidak lepas dari hambatan karena adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Salah satu anggota tim KKN, Mochammad Nizar mengatakan PPKM telah menghambat proses pembuatan alat dan uji validitas. Pasalnya, proses pengujian validitas alat ukur harus dilakukan di laboratorium yang memiliki standar kalibrator.
“Sehingga keterbatasan mobilitas ini membuat proses ujinya membutuhkan waktu lebih lama,” jelasnya.
Nizar berharap alat monitoring yang dibuat oleh timnya ini dapat meningkatkan produktivitas budidaya ikan air tawar di Sambijajar dan mengurangi dampak kematian massal ikan gurami yang kerap terjadi sebelumnya.
Selain ikan gurami, tambah Nizar, sistem monitoring berbasis loT ini juga dapat digunakan untuk banyak komoditas ikan air tawar seperti ikan nila, lele, patin dan sebagainya.