Mediatani – Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Banjir (BNPB), selain tanah longsor dan puting beliung, banjir menjadi salah satu dari tiga bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Salah satu faktor yang menyebabkan terhadap terjadinya banjir di Indonesia adalah cuaca ekstrem yaitu curah hujan dengan intensitas yang tinggi (umumnya melebihi 100 mm) dalam waktu yang cukup lama.
Kalimantan Selatan, adalah salah satu Provinsi di Indonesia yang saat ini tengah dilanda banjir. Banjir kali ini berdampak terhadap sektor pertanian yang menyebabkan ratusan ribu hektar (Ha) lahan pertanian rusak. Dwi Putra Kurniawan, selaku Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Kalimantan Selatan menyebut ada sekitar 209.884 hektar (Ha) lahan pertanian pangan di 12 Kabupate/Kota rusak akibat banjir Kalsel. Dilansir dari harian Tempo pada Selasa (19/01), Dwi juga menyampaikan hanya Kabupaten Kotabaru yang melaporkan masih nihil.
Lahan yang rusak akibat banjir ini terdiri dari 20.989 hektar (Ha) pertanian palawija, hortikultura dan kolam budidaya ikan serta 188.895 hektar (Ha) sawah padi.
Ada lima kabupaten terluas kerusakan lahan pertanian. Yaitu Kabupaten Barito Kuala 64.133 hektar, Kabupaten Tanah Laut 37.440 hektar, Kabupaten Banjar 33.309 hektar, Kabupaten Hulu Sungai Tengah 17.985 hektar, dan Kabupaten Tapin 16.479 hektar.
“Semua lahan pertanian yang terdampak banjir ini berstatus lahan aktif yang selalu difungsikan untuk kegiatan pertanian pangan di Kalsel. Diperkirakan laporan sementara petani dan keluarganya yang mengungsi akibat banjir ini sekitar 18 ribu jiwa dan kerugian materi sekitar puluhan milyar”, lanjut Dwi.
Sehingga, diprediksikan mulai bulan Januari 2021, produk pangan sayur-sayuran (hortikultura), palawija dan ikan akan menyumbang inflasi di Indonesia. Sementara beras akan mengalami kenaikan sedikit karena pasokan masih cukup aman dari panen tahun 2020. Menurut Dwi Putra, hasil panen padi tahun 2020 berupa Gabah Kering Giling (GKG) banyak juga yang rusak di penyimpanan para petani. Sehingga hal ini akan menjadi penyebab stok beras akan berkurang dan bisa berdampak terhadap kenaikan harga.
Syamsir Rahman, selaku Kepada Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Selatan menghimbau kepada petani untuk tidak terlalu cemas memikirkan hal itu. Pemprov Kalsel sudah menyiapkan bantuan bibit kepada petani yang lahannya kebanjiran.
“Sekitar hampir 10 ribu ton dan gabah pun hampir 100 ton stok beras kita di Bulog. Jika, 1-2 hari ini banjir surut, masih banyak yang bisa terselamatkan tanamannya dari puso, sehingga untuk empat bulan kedepan stok pangan kita masih aman. Saya jamin, banjir tidak mengganggu stok pangan kita di Kalsel”, kata Syamsir.
Kalimantan Selatan sendiri adalah salah satu Provinsi yang bisa dikatakan langganan terkena bencana banjir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun sudah memprediksi akan bencana banjir ini. Namun, pemerintah sekali lagi tidak siap dan masih gagap dalam penanganannya. Pada akhirnya masyarakatlah yang harus kembali menanggung akibatnya. Diawal tahun 2021 ini, banjir kali ini termasuk banjir terbesar dan terluas di Kalsel melingkupi 11 kabupaten/kota setelah empat belas tahun terakhir.
Beberapa penyebab terjadinya bencana banjir di Kalimantan Selatan adalah sistem drainase tak mampu mengalirkan air dengan volume yang besar. Berada di daerah datar dan elevasi rendah serta bermuara di laut juga menjadi faktor penyebab banjir. Sehingga merupakan daerah akumulasi air. Lokasi banjir berada di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) Barito di mana kondisi infrastrusktur ekologis – atau jasa lingkungan pengatur air – sudah tidak memadai, sehingga tidak mampu lagi menampung aliran air yang masuk.