Banjir Pantura Rusak Ratusan Hektar Lahan Pertanian

  • Bagikan
Tanaman padi yang terendam banjir. (Sumber: Kompas).

Mediatani – Banjir yang melanda beberapa kota dan wilayah administrasi di kawasan pesisir utara Jawa Tengah sejak akhir 2022 hingga awal tahun ini juga merendam puluhan ribu hektare lahan pertanian. Bagian dari pedesaan bawah air adalah Puso. Kerugian petani akibat bencana ini ditaksir mencapai Rp 22 miliar.

Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jawa Tengah, menyebutkan ada seluas 16.972 hektar lahan pertanian di 11 kota kecil/kota kecil yang terendam banjir. Luas tersebut meliputi Kendal seluas 2.596 hektar, Demak (8.293 hektar), Grobogan (1.496 hektar), Pekalongan (119 hektar), Kota Pekalongan (48 hektar), Batang (80 hektar), Tegal (3 hektar), Pemalang (528 hektar), Jepara (458 hektar), Pati (2.682 hektar) dan Kudu (669 hektar).

Dari total luas lahan pertanian yang terendam, 754 hektar merupakan pusoma. Lahan Puso terletak di Pati dengan luas 653 hektar dan Kudus dengan luas 101 hektar.

Supriyanto, Direktur Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah menjelaskan bahwa banjir tidak mempengaruhi ketersediaan beras di wilayahnya.

“Selain itu, panen sudah dilakukan di wilayah Batang Hulu dan sebagian wilayah Grobogan. Jadi, pasokan beras di Jateng tetap aman,” kata Supriyanto, dilansir dari Kompas.id, Selasa (1/10/2023).

Banjir yang terjadi pada akhir tahun 2022-awal tahun 2023 akan dijadikan pelajaran oleh Distanbun Jawa Tengah dalam mempersiapkan respon proaktif, salah satunya dengan memetakan areal pertanian yang bisa ditanami lebih awal.

“Kalau bisa mulai tanam pertama di bulan Maret agar bisa masuk musim tanam ketiga nanti di bulan September. Kalau mulai tanam September, mudah-mudahan Desember sudah ada yang diperbaiki untuk mengantisipasi cuaca buruk di akhir tahun,” kata Supriyanto.

Hardiono, Wakil Ketua Penghubung Tani Nelayan Jawa Tengah, mengungkapkan petani merugi rata-rata hingga Rp 15 juta untuk setiap hektar lahan yang dirusak. Kerugian ini meliputi biaya pembelian bibit, pupuk dan obat-obatan herbal, atau tenaga yang dikeluarkan untuk merawat tanaman.

“Sebagian petani bisa merasakan sedikit lega, karena curah hujan lebih jarang, sehingga diharapkan hasil panen yang terendam kemarin masih bisa terselamatkan. Sementara petani yang lahannya Puso hanya bisa pasrah saja,” kata Hardiono.

Hardiono berharap pemerintah dapat membantu memberikan bantuan kepada para petani yang terkena dampak banjir, terutama yang lahannya di Puso. Bantuan yang dibutuhkan petani adalah bibit unggul untuk musim tanam berikutnya.

Sebagian besar tanaman yang terendam banjir adalah padi

Di Kabupaten Pati, banjir melanda lahan pertanian di 76 desa di 10 kecamatan. Sebagian besar tanaman bawah air adalah beras. Selain beras, ada bahan baku lain yang ditanam yaitu bawang merah. Luas bawah laut bawang merah sekitar 25 hektar.

Nikentri Meiningrum, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pati menyebutkan umur padi yang terendam bervariasi, yakni antara 5 hingga 70 hari. Karena beberapa di antaranya terendam air lebih dari seminggu, berasnya pasti sudah busuk.

Beberapa petani terdaftar dalam Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Berdasarkan pengumpulan data sementara, 300 hektar lahan yang dimiliki oleh banyak petani mungkin memenuhi syarat untuk mendapatkan kompensasi. Petani yang tidak mengasuransikan dirinya sendiri tidak dapat menerima kompensasi.

“Ke depan kami akan kembali menekankan pentingnya pendaftaran AUTP di masyarakat. Mudah-mudahan bencana kemarin bisa mendorong petani untuk mengambil asuransi untuk melindungi hasil panennya,” kata Nikentri.

Selain itu, Nikentri terus berkomunikasi dengan Distanbun Jawa Tengah dan Kementerian Pertanian terkait kerugian petani di wilayahnya. Pihaknya juga ingin melakukan advokasi dengan bibit untuk para petani yang terkena dampak banjir.

Menurut Nikentri, dampak banjir tahun ini menjadi yang paling parah. Awal tahun 2014 silam juga terjadi banjir yang merendam ribuan hektar lahan pertanian.

Salurkan Donasi

  • Bagikan
Exit mobile version