Mediatani – Erupsi gunung Raung ini terjadi sejak 21 Januari 2021 yang lalu. Otoritas terkait kemudian menaikkan status level Gunung Raung dari I (Normal) ke II (Siaga). Hal itu berdasarkan aktivitas vulkanologi yang meningkat.
Meski sempat mengalami penuruna, Gunung Raung kembali mengeluarkan muntahan abu vulkaniknya pada Minggu (07 februari 2021). Tinggi muntahan tersebut tercatat dikisaran 4.332 Mdpl atau sekitar seribu meter dari puncak Gunung Raung.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui pantauannya, menyampaikan bahwa muntahan abu vulkanik tersebut disebabkan dari erupsi Gunung Raung. Ketinggiannya mencapai sekitar enam ribu mdpl atau sekitar 2500 meter dari puncak gunung.
Arief Setiawan selaku Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi mengonfirmasi bahwa terdapat sekitar 440 hektar (Ha) lahan pertanian yang terkena dampak dari sebaran abu vulkanik ini. Tercatat adanya kerusakan terparah terjadi di empat kecamatan terdekat, yakni Songgon, Kalibaru, Sempu, dan Glenmore.
Dalam jangka pendeknya, ada dua dampak yang dirasakan pada sektor pertanian. Di satu sisi, produktivitas lahan akan menurun karena tingkat keasaman tanah (pH) yang turun sebab adanya sebaran abu di tanah. Tetapi di sisi lain, abu vulkanik tersebut juga bisa menjadi pengusir hama serangga maupun mematikan gulma. Sedangkan dalam jangka panjangnya, akan meningkatkan tingkat kesuburan lahan.
“Biasanya hasil panen di saat masa erupsi akan turun. Disebabkan karena turunnya tingkat keasaman (ph) tanah akibat penumpukan abu di tanah berakibat penurunan produktivitas lahan. Namun, di sisi lain abu vulkanik dapat mengusir hama serangga atau gulma karena makhluk hidup tersebut tidak dapat hidup dalam suasana terlalu asam,” jelas Arief.
Tanaman yang mengalami kerusakan adalah dari komoditas padi, mentimun, bawah, labu, petai, cabai,tomat, buncis, terong, dan juga semangka.
“Tanaman yang mengalami kerusakan terutama pada jenis hortikultura di kantong – kantong pangan Banyuwangi tersebut,” tutur Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banyuwangi Arief Setiawan saat dikonfirmasi, Rabu (10/2).
Selaras dengan itu, hal yang sama juga diakui oleh Suparman sebagai salah satu petani yang terdampak. Suparman memiliki lahan sayur yang rusak akibat terkena abu vulkanik. Suparman mengaku hasil panennya langsung turun drastis akibat bencana ini.
“Saya biasanya panen sawi 2 kwintal, tetapi sekarang tersisa empat puluh kilogram saja. Karena tanaman banyak yang layu terkena abu. Jadi membusuk,” ujar Suparman pasrah.
Namun, Suparman telah lebih dulu mengantisipasi kerusakan yang terjadi akibat abu vulkanik ini.
“Tanaman – tanaman ini kita lindungi dengan plastik bening yang dikaitkan ke bambu. Sehingga sinar matahari tetap masuk, tetapi debu tidak sampai menempel ke daun,” ujar Suparman.
Sementara itu, Arief Setiawan selaku Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Banyuwangi telah memastikan stok tanaman pangan di Banyuwangi masih aman, meski sejumlah lahan pertanian terpapar abu vulkanik. Berdasarkan dari data dinas pertanian menyebutkan luasan lahan pertanian yang terpapar abu Raung seluas 440 hektar.
“Tapi hujan abu ini terjadi saat intensitas hujan di Banyuwangi masih cukup tinggi. Sehingga abu yang tertempel pada tanaman bisa terbilas oleh guyuran hujan,” tuturnya.
“Kita juga telah terjunkan beberapa Petugas Penyuluh Lapang (PPL) untuk turun ke lokasi dan memantau lahan secara rutin serta memberikan konsultasi dampak jangka pendek kepada petani yang terdampak. Tetapi pada umumnya para petani sudah paham apa yang harus dilakukan, Mereka bisa memanfaatkan PPL pertanian untuk berkonsultasi. Namun kami pastikan, stok beras dan sayur-sayuran di Banyuwangi tercukupi,” lanjut Arief.