Mediatani – Dalam upaya untuk mempercepat masa panen yang telah di depan mata, para petani padi yang ada di Desa Tinggiran Darat, Kecamatan Mekarsari, Barito Kuala memanfaatkan mesin pemanen atau yang lebih dikenal dengan combine.
Menurut para petani, dengan memanfaatkan mesin tersebut yang juga berfungsi sebagai mesin perontok ini, dinilai jauh lebih efektif untuk memangkas biaya serta waktu panen.
Terkait hal ini, Muhammad sebagai salah satu petani di desa tersebut mengatakan bahwa ketika memilih cara manual atau tradisional menggunakan arit kegiatan panen bisa mencapai hungga lima belas hari.
” Berbeda dengan combine kita cuma butuh beberapa jam untuk bisa selesai,” ungkap Muhammad, pada hari Sabtu (17/7/2021).
Dirinya juga menjelaskan bahwa dengan memanfaatkan alat combine ini biaya operasional yang dikeluarkan jauh lebih irit, bahkan hingga lima puluh persen.
Saat dilakukan secara tradisional, ketika panen padi per karung padi keringnya membutuhkan biaya hingga enam puluh ribu rupiah. Sedangkan jika menggunakan alat combine hanya berkisar antara tiga puluh ribuan rupiah per karungnya.
Meski tampaknya sangat menguntungkan, rupanya pemanfaatan alat combine ini tidak maksimal karena akses jembatan di persawahan yang mampu di lewati oleh alat combine ini masih minim.
Ajai, petani lain yang juga berada di Desa tersebut mengeluhkan terkait hal itu. Menurutnya, untuk membawa masuk alat panen combine itu di beberapa kawasan, para petani masih cukup kesulitan.
“Kami masih merasa sulit di beberapa kawasan untuk membawa masuk alat panen ke lahan yang siap panen. karena jembatannya belum ada dan beberapa lainnya kecil, tidak memadai,” ucap Ajai.
Dirinya pun juga menjelaskan bahwa untuk bisa membawa masuk alat combine ke beberapa lahan petani yang akan dipanen, maka mereka membutuhkan waktu hingga dua hari untuk membuat jembatan darurat terlebih dahulu agar mampu dilewati oleh mesin penen otomatis tersebut.
Jembatan ini pun dinilai cukup memprihatinkan sebab jembatan darurat itu hanya dibangun dengan alakadarnya, menggunakan bahan kayu galam besar agar bisa menopang berat mesin yang nanti melintasinya.
“Ya semoga saja ada perhatian dari pihak terkait agar bisa membangun jembatan akses yang jauh lebih layak,” harap Ajai.
Para petani padi unggul ini menilai bahwa dengan tersedianya akses yang memadai maka akan sangat membantu para petani. Hal ini karena selain untuk mudahkan dalam proses pemanenan, hal tersebut juga berguna untuk mengangkut hasil panen menjadi lebih mudah.
Perihal jalan tani ini, Syahrul Yasin Limpo (SYL) selaku Menteri Pertanian (Mentan) di beberapa kesempatan sering menyampaikan bahwa di era 4.0, sektor pertanian ditandai dengan pemanfaatan alat mesin pertanian (alsintan).
Sedangkan agar bisa menjangkau areal persawahan tersebut, maka dibutuhkan akses yaitu berupa jalan usaha tani yang memadai sehingga alsintan bisa dioperasionalkan.
“Jalan usaha tani ini adalah akses infrastruktur yang dibangun untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Akses jangkauan petani untuk mendistribusikan hasil pertanian mereka juga semakin mudah,” kata Mentan SYL.
Senada, Ali Jamil selaku Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan mengatakan, jalan usaha tani ini sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian nasional yaitu menyediakan pangan untuk seluruh rakyat, meningkatkan kesejahteraan petani dan menggenjot ekspor.
Sehingga bisa disimpulkan bahwa bantuan jalan usaha tani yang diprogramkan oleh Kementerian Pertanian ini belum merata di beberapa wilayah di Indonesia. Semoga ke depannya bantuan jalan tani bisa segera direalisasikan dan merata di seluruh wilayah Indonesia.