Mediatani – Hidup di tengah keterpurukan ekonomi bukanlah hal yang mudah, akan tetapi bukan menjadikan alasan bagi Jaeman dalam menjalani hidup.
Usaha, berdoa, dan bersyukur selalu dipanjatkannya. Hal ini membuat Jaeman memanfaatkan lahan kosongnya sebagai kandang untuk ternak kambing.
Rumah itu seluas 2×5 meter di Kampung Kebon, Desa Jejalen Jaya, Kecamatan Tambun Utara, Bekasi. Rumah kecil dengan dinding cat putih kusam, pintunya yang sudah rapuh, lantai yang retak, dan atap yang rusak.
Semua ruangan menyatu dengan alas lantai tipis. Tepat di sebelah rumah itu ada kandang kambing seukuran 2×4 meter terbuat dari bambu. Di hadapan rumah itu juga berdiri gubuk persegi.
Rumah itu layaknya saksi manis-pahitnya kehidupan Jaeman. Pria 65 tahun ini adalah kepala keluarga dengan tanggungan 4 anak.
Sang istri telah tiada sejak putri bungsunya menginjak pendidikan Sekolah Dasar (SD). Hal itu membuatnya terpuruk.
Namun, semua itu tak bertahan lama. Ia sadar harus bangkit demi keempat anaknya. Meski masalah membuatnya terjatuh, kini ia kembali bangun memulai kehidupan yang baru.
Asam pahit kehidupan menjadi makanan sehari-hari anak pertama dari empat bersaudara ini. Dahulu, ayahnya bekerja sebagai satpam di daerah Cibitung dan Ibunya hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga (IRT). Didikan orang tuanya pun mampu membentuk jiwa kerja keras dan ketulusan.
Kegiatan Jaeman dulu dipenuhi dengan menanam pohon pisang dan padi. Saat itulah merupakan awal kesulitan Jaeman merasakan kerasnya bekerja.
Lelah dan kecewa saat melihat pohon pisangnya gagal begitupun padi karena banyaknya hama.
Kegagalan yang sering dialami membuat harus berhenti. Ia melanjutkan hidupnya dengan bekerja di gudang beras daerah Jatinegara.
Di sana, dalam sehari ia harus mengangkat banyak karung beras dari mobil ke gudang, begitupun sebaliknya jika ada pesanan. Penghasilan yang ia dapatkan hanyalah dua puluh ribu rupiah perhari.
Semula dia tidak merasa keberatan dengan apa yang ia jalani. Tapi, pekerjaan itu hanya bisa bertahan selama 3 tahun karena tidak ada lagi beras yang harus diangkut ke gudang ataupun pasar.
Tak lama Jaeman menemukan pasangan hidupnya. Ia sadar ada sang istri yang hidup bersamanya ditambah empat anak.
Awal 2007 Jaeman memutuskan bekerja menjadi tukang becak. Ia harus kejar setoran mulai dari jam 06.00-18.00 WIB. Setiap harinya ia mangkal di Pasar Graha Prima dan berkeliling di Tambun hingga Cikarang.
Hujan, panas, bahkan pernah terjatuh dari becak karena jalanan licin menjadi cerita tersendirinya. Perharinya ia mendapatkan lima sampai sepuluh penumpang. Penghasilan yang ia terima sekitar seratus ribu dan itu harus disetor. Tiap hari ia hanya mendapatkan Rp15 ribu.
Dari penghasilan menjadi tukang becak, ia sisihkan untuk menabung. Dia lalu membuka tabungannya dan memulai menjadi pengembala kambing dan beternak ayam.
Tabungannya ia gunakan untuk membeli 2 kambing seharga Rp800 ribu, per kambing dan 2 ayam kecil seharga Rp10 ribu.
Ayam kecil dibeli dirawat hingga besar dan bertelur. Ayam yang sudah besar ia jual seharga Rp90 sampai Rp200 ribu. Penghasilan dari ternak ayam ini membantu biaya kesehariannya.
Awalnya hanya 2 ekor kambing, kini Jaeman sudah memiliki 20 ekor kambing dan 10 ekor ayam. Jaeman juga suka mencari kayu atau bambu bekas dijadikannya sebagai kandang kambing berukuran 2×4 meter.
Menjadi peternak kambing bukanlah hal yang mudah. Tiap hari, pagi dan siang harus mencari rumput untuk makanan kambing. Sulitnya saat ia harus mencari rumput di kebon dan sering menemukan ular.
Bahkan tangannya pernah terluka karena sayatan parang. Meski begitu ia tak putus asa.
Ia lalu menjual kambingnya seharga Rp800 ribu, sampai Rp2 juta sesuai ukuran. Ia mengatakan pembeli kambing ramai saat lebaran haji.
“Pembeli kambing lumayan ramai kalo lagi lebaran haji aja. Pendapatan kambing 1jt-2jt, sekitar 1 ekor. Paling banyak terjual 4-5 ekor. Sekarang alhamdulillah sisanya ada 11 sebelumnya lumayan banyak kambingnya ada 20,” jelas Jaeman, dikutip, Minggu, 4 Juli dari kumparan.com.
Banyaknya tanggungan membuat ia melamar pekerjaan sebagai satpam di Komplek LKBN Antara, Tambun.
Penghasilan yang diterima membantu kehidupan biaya sehari-hari. Di samping itu ia juga suka diminta untuk menjadi tukang dan bersih-bersih rumput dengan bayaran seikhlasnya.
Sosoknya pun peduli, ia juga menolong tetangganya jika sedang sakit. Jaeman suka memberikan obat ramuan yang terbuat dari daun alang dan akar-akar dedaunan.
Semua ia lakukan dengan ikhlas. Dibalik semua masalah yang ia hadapi, Jaeman selalu mengambil hikmah dibalik semua itu “yaudah bersyukur aja sama berkahnya, jangan mengeluh jalanin aja semangat,” katanya, tulus.
Jaeman juga berpesan untuk semuanya tetap jaga kesehatan, semangat berusaha, jangan mengeluh, selalu berdoa, dan tolong menolong. (*)