Mediatani – Dalam rangka memeriahkan Dies ke-72 UGM, Desa Apps menggelar acara Bincang Desa dengan edisi spesial sekaligus memeriahkan Dies pertama Bincang Desa.
Bincang Desa seri #34 yang digelar kali ini mengangkat tema “Mendulang Peluang di Era Pertanian Digital : Peran Generasi Muda dan Strategi Menembus Pasar Ekspor”. Acara ini dilaksanakan pada hari Sabtu, (11/12).
Acara yang berlangsung secara virtual ini disaksikan oleh lebih dari 200 peserta dari 5 platform yang ditawarkan, yaitu melalui Zoom meeting, Youtube Agricia Channel, Live Instagram Desa Apps, Live Facebook mediatani.tv dan Live Facebook Berdikari.
Tiga narasumber yang mengisi Bincang Desa #34 ini yaitu Yuli Sri Wilanti, S.Pi., M.P., Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Hortikultura, Kemenko Perekonomian RI; Jatu Barmawati, S.P., Duta Petani Milenial RI sekaligus Presdir PT Mitra Eksotik Asia; dan Prof. Dr. Ir. Sunarru Samsi Hariadi, M.S. Guru Besar Fakultas Pertanian UGM bidang penyuluhan dan komunikasi pertanian.
Ketiga narasumber memulai acara dengan Talkshow dan kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi. Di akhir acara, para peserta yang mengikuti Post Tes dan dinyatakan lulus juga bisa mendapatkan sertifikat.
Acara ini didukung oleh kagama.co dna disponsori oleh Abdi Tani, BNI, PT Nasa, RNI, dan KBHI. Dalam pelaksanaannya, Bincang Desa juga berkolaborasi dengan media partner mediatani.co, berdesa, dan Milfa.
Terkait dengan tema yang diangkat, Yuli Sri Wilanti menjelaskan bahwa pada tahun 2020, sektor pertanian menjadi satu-satunya sektor yang konsisten dan tumbuh positif selama era pandemi, selain sektor komunikasi dan jasa.
Pasalnya, sektor pertanian berkaitan langsung dengan penumbuhan hajat hidup manusia dan bisa menjadi sektor andalan dalam negeri.
Hal ini tidak lepas dari perubahan pola untuk membiasakan diri tinggal di rumah dan mengembangkan bisnis online marketing. Terbukti, pada tahun 2020 penjualan online meningkat hampir 300% dan sebagian besar terkait dengan produk pangan.
Tren ini bisa sebenarnya bisa menjadi peluang bagi anak muda untuk mengembangkan alternatif pekerjaan baru. Meski demikian, peningkatan tren bisnis online tersebut tidak diikuti dengan pola distribusi yang baik, dimana petani masih kesulitan untuk menjual kemana hasil produksinya.
Terkait hal tersebut, Sunarru menyampaikan bahwa Kemenko perekonomian saat ini tengah berupaya mendorong integrasi hulu dan hilir dengan membangun ekosistem.
Ia menyebutkan 4 pilar yang dilakukan untuk mendukung kesuksesan pertanian, yakni sistem penyuluhan, sistem riset, system Pendidikan, dan sistem pendukung. Keempatnya harus saling bersinergi satu sama lain.
Terkait peran pemuda untuk pertanian, data BPS menunjukkan bahwa angkatan kerja pertanian mengalami penurunan. Karena itu, saat ini tengah gencar dilaksanakan program untuk mendukung petani muda, salah satunya yaitu penunjukkan Duta Petani Milenial.
Jatu Barmawati sebagai salah satu Duta Petani Milenial RI menyampaikan bahwa Duta Petani Milenial memiliki tugas untuk menggaet pemuda agar bisa terjun langsung menjadi petani, memberikan informasi berbagai hal yang dibutuhkan oleh petani muda, serta menjadi jembatan antar stakeholder bidang pertanian, termasuk petani.
Dengan begitu, para pemuda bisa masuk di banyak bidang yang ada di pertanian, apalagi di tengah tumbuhnya digitalisasi seperti saat ini. Di sisi lain, era digital juga telah membuka banyak peluang, terutama peluang dalam memperluas pasar, baik di dalam maupun di luar negeri alias ekspor.
Oleh karena itu, perlu adanya strategi dalam menyiapkan SDM pertanian yang berdaya saing agar bisa memanfaatkan peluang yang ada. Dibutuhkan pula strategi untuk mengelola bisnis agar produk dapat berkompetisi dan mengangkat citra Indonesia sebagai negara agraris.