Mediatani – Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang sangat terancam hampir di seluruh dunia. Sejalan dengan hutan hujan dalam keanekaragaman hayatinya, terumbu karang juga merupakan sumber keuntungan ekonomi yang besar dari sektor perikanan dan pariwisata.
Ekosistem terumbu karang memiliki fungsi utama yang sangat penting, yaitu menciptakan kesinambungan antara daratan dan lautan. Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang menjadi ciri khas laut tropis dengan fungsi penting baik fisik, biologi, maupun kimiawi.
Kondisi terumbu karang di Indonesia saat ini menunjukkan bahwa ekosistem terumbu karang di Indonesia mengalami tekanan yang sangat berat. Hal tersebut terjadi akibat adanya pemanfaatan yang tidak bersahabat dengan lingkungannya
Degredasi habitat terumbu karang sebagai dampak dari aktivitas manusia maupun akibat faktor alam menjadi alasan bagi segenap unsur melakukan kegiatan atau program rehabilitasi terumbu karang sebagai upaya untuk mempertahankan fungsi ekologi serta ekonominya.
Kegiatan rehabilitasi terumbu karang dengan berbagai model telah diterapkan, baik menggunakan material rangka besi, pvc dan beton dengan berbagai macam bentuk.
BRSDM (Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan) melalui BRPSDI (Badan Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan) menyelenggarakan riset rehabilitasi terumbu karang menggunakan Metode Bio-Transplants.
Apa Itu Metode Bio-Transplants?
Metode Bio-Tranplants atau disebut juga sebagai transplantasi terumbu karang merupakan cara untuk merehabilitasi karang-karang yang mengalami kerusakan akibat dari beberapa kegiatan, seperti pemakaian bahan peledak oleh para nelayan dalam memburu ikan, serta kegiatan-kegiatan eksplorasi lain yang merusak populasi terumbu karang.
Hal tersebut sangat penting dilakukan sebagai upaya agar pertumbuhan terumbu karang di suatu wilayah perairan bisa berjalan lebih cepat.
Metode Bio-Transplants merupakan metode transplantasi terumbu karang dengan model pencangkokan bibit atau fragmen terumbu karang dengan memanfaatkan material alami. Material yang digunakan yaitu terumbu karang yang telah mati kategori DC (Dead Coral) dan DCA (Dead Coral with Algae) yang digunakan sebagai tempat penempelan (substrat menempel).
Kriteria Area untuk implementasi Bio-Transplants
Dalam penerepannya, metode Bio-Transplants memiliki kriteria tertentu, sebagai berikut:
- Ketersediaan material jenis terumbu karang mati dalam kategori DC dan DCA, tipe padat, tipe kerak, tipe meja, dan tipe jamur.
- Tersedia fragmen sebagai bibit
- Berada di perairan dengan kedalaman antara 75-100 cm
- Perairan tidak mengalami surut kering yang berada di kedalaman kurang lebih 50 cm
- Perairan terlihat cerah hingga dasar
- Pengawasan yang mudah
- Memiliki nilai jual dalam pengembangan wisata
- Menyesuaikan dengan zonasi baik pada Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) maupun Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN)
Bio-Transplants dapat diimplementasikan pada kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm hingga kedalaman yang tidak dapat membuat seseorang tenggelam.
Cara Kerja Metode Bio-Transplants, yaitu:
- Menggunakan bor manual maupun bor khusus (underwater drill) sebagai alat untuk membantu membuat lubang pada permukaan terumbu karang yang telah mati dengan kedalaman lubang 5 cm.
- Kemudian menyiapkan fragmen terumbu karang bercabang sebagi bibit transplantasi
- Pada bagian dasar fragmen diberikan perekat sebelum diletakkan atau dimasukkan pada bagian lubang di permukaan substrat.
- Selain menggunakan perekat, metode Bio-Transplants dapat menggunakan pasak untuk menempelkan fragmen karang pada media substratnya.
Metode Bio-Transplants juga dilakukan secara mandiri oleh masyarakat karena implementasinya yang “mudah dan murah”.